Abdullah bin Salam adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang istimewa. Berasal dari keturunan Israil, Abdullah sebelumnya adalah seorang pemuka agama Yahudi di Madinah dan memiliki pengaruh besar di kalangan kaumnya, Bani Qaynuqa.
Sebelum memeluk Islam, namanya adalah al-Hashin bin Salam. Di kalangan Yahudi, Abdullah dihormati dan dikenal sebagai pemuka agama yang memahami ajaran Taurat dengan mendalam, termasuk ramalan mengenai datangnya seorang nabi akhir zaman yang akan mengubah dunia.
Namun, takdir mengarahkannya pada jalan yang berbeda. Ketika berita hijrahnya Nabi Muhammad tersiar, Abdullah bin Salam merasakan bahwa sosok yang Taurat kabarkan telah datang, meski ia berasal dari bangsa Arab yang tidak mereka perkirakan. Keyakinannya kian kuat saat menyaksikan kehadiran Rasulullah, yang datang dengan sifat-sifat sesuai ramalan dalam kitab suci mereka.
Bertemu Rasulullah dan Langsung Masuk Islam
Pada suatu hari, saat sedang di atas pohon kurma, Abdullah bin Salam melihat Rasulullah bersama Abu Bakar tiba di Madinah. Tak dapat menahan rasa haru, ia berteriak lantang, “Allahu Akbar!” hingga bibinya, Khalidah binti al-Harits, mendengarnya dan penasaran akan kegembiraannya.
Abdullah pun turun dari pohon dan berkata kepada bibinya dengan penuh kebahagiaan bahwa sosok yang dinanti-nantikan dalam Taurat, seorang nabi, telah hadir di Madinah. Tanpa ragu, Abdullah menemui Rasulullah untuk mengikrarkan syahadat dan masuk Islam.
Sebagai seorang pemimpin Yahudi, Abdullah bin Salam sadar bahwa keputusannya memeluk Islam mungkin akan mendapat tentangan keras dari kaumnya. Ia meminta Rasulullah untuk menyembunyikan keislamannya terlebih dahulu guna mengetahui bagaimana reaksi orang-orang Yahudi terhadap dakwah yang baru ini.
Rasulullah pun mengundang beberapa pemimpin Yahudi ke rumahnya untuk membicarakan hal ini. Setelah mereka tiba, Rasulullah bertanya, “Apakah di antara kalian ada yang bernama al-Hashin bin Salam?”
Mereka menjawab dengan lantang, “Al-Hashin adalah tuan kami, dan anak tuan kami. Ia adalah pemuka agama kami dan seorang alim di antara kami.”
Mendengar jawaban itu, Abdullah bin Salam keluar dari ruangan dan menjumpai mereka. Para pemuka Yahudi itu kaget bukan kepalang. Lalu cepat-cepat menarik ucapan mereka, “Kami salah, laki-laki ini bukan golongan kami, dan bukan pemimpin kami.”
Baca juga: Abdullah bin Rawahah
Menyuarakan Kebenaran di Hadapan Kaumnya
Abdullah bin Salam tetap berdiri tegar meski menghadapi penolakan dari kaumnya. Ia berani menyampaikan kepada mereka bahwa apa yang Rasulullah bawa adalah kebenaran yang sebenarnya, sebagaimana tertulis dalam kitab suci mereka. Namun, mereka justru berbalik mencela dan memakinya, bahkan menyebutnya sebagai seorang pendusta.
Abdullah bin Salam menerima hal ini dengan hati yang lapang, karena ia tahu bahwa sebagian besar kaumnya sulit menerima kebenaran yang tak sesuai dengan harapan mereka. Padahal mereka mengetahui persis Rasulullah adalah nabi terakhir sebagaimana Taurat mengabarkannya. Allah pun menurunkan firman-Nya:
الَّذِينَ آَتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. Al Baqarah: 146)
Ayat ini menjadi penegasan bagi Abdullah bin Salam bahwa ia berada di jalan yang benar. Dengan penuh kegembiraan dan ketenangan hati, ia semakin yakin bahwa pilihannya untuk memeluk Islam adalah keputusan yang sangat tepat. Sejak saat itu, Abdullah bin Salam menjadi sosok yang tak hanya kuat dalam iman, tetapi juga memiliki kedudukan mulia dalam komunitas Muslim Madinah sebagai seorang cendekiawan dan seorang pemberani.
Baca juga: Abdullah bin Mas’ud
Abdullah bin Salam dalam Pusaran Sejarah
Dalam perjalanan hidupnya sebagai seorang Muslim, Abdullah bin Salam menjadi saksi dan pelaku penting dalam beberapa peristiwa bersejarah. Ia menunjukkan kepeduliannya pada stabilitas umat Islam ketika Khalifah Utsman bin Affan menghadapi situasi genting akibat pengepungan dari kelompok pemberontak.
“Apa maksud kedatanganmu?” tanya Khalifah Utsman saat Abdullah bin Salam menemuinya.
“Aku datang untuk menolongmu.”
“Keluarlah, temui orang-orang dan usir mereka dari tempatku!”
Abdullah bin Salam kemudian keluar menemui orang-orang yang mengepung rumah Khalifah Utsman. Dengan penuh keberanian ia berkata:
“Wahai manusia! Namaku sebelum Islam adalah al-Hashin, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menamaiku Abdullah. Tentang diriku telah diturunkan ayat:
وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآَمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ
…dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang tersebut dalam) Al Quran lalu dia beriman, sedang kamu menyombongkan diri… (QS. Al-Ahqaf: 10)
Allah juga menurunkan ayat:
وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى مِثْلِهِ فَآَمَنَ وَاسْتَكْبَرْتُمْ
…Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu, dan antara orang yang mempunyai ilmu Al Kitab.” (QS. Ar-Ra’d: 43)
Allah memiliki pedang yang disembunyikan dari kalian; malaikat telah mendampingi kalian di negeri kalian ini, negeri tempat Rasulullah tinggal. Demi Allah, karena Allah, mengapa kalian hendak membunuh laki-laki ini (Khalifah Utsman)? Demi Allah, jika kalian membunuhnya, berarti kalian mengusir pendamping kalian, yakni para malaikat, dan pedang Allah yang selama ini disembunyikan dari kalian akan ditebaskan hingga takkan lagi disarungkan sampai hari kiamat.”
Mendengar ucapan itu, bukannya menerima nasihat, mereka malah marah. “Bunuh Yahudi itu! Dan bunuh Utsman!” Teriak mereka.
Baca juga: Abdullah bin Hudzafah As-Sahmi
Wafatnya Abdullah bin Salam
Keteguhan hati Abdullah bin Salam dalam membela kebenaran menjadi teladan bagi para sahabat yang lain. Di akhir hayatnya, Muadz bin Jabal, mewasiatkan para sahabat untuk menimba ilmu dari Abdullah bin Salam.
“Ilmu dan iman berada pada tempatnya, siapa saja yang mencarinya, niscaya akan meraihnya. Maka, carilah ilmu pada empat tempat, yaitu Uwaimir Abu Darda, Salman al-Farisi, Abdullah bin Mas’ud, dan Abdullah bin Salam,” kata Muadz bin Jabal.
Abdullah bin Salam wafat pada tahun 43 Hijriah sebagai seorang sahabat Nabi yang istiqomah di jalan-Nya. Perjalanannya dari seorang alim Yahudi hingga menjadi sahabat Nabi menunjukkan perjalanan seorang pencari kebenaran yang sejati.
Baca juga: Abdullah bin Jubair
Hikmah Kisah Abdullah bin Salam
Kisah hidup Abdullah bin Salam memberikan banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi umat Islam. Keberaniannya untuk meninggalkan keyakinan lama dan menerima Islam adalah sebuah teladan bahwa kebenaran harus diikuti meskipun itu berarti meninggalkan kenyamanan dan menghadapi tentangan. Keteguhannya dalam memegang ajaran Islam juga menunjukkan pentingnya memiliki prinsip yang kuat dan tidak mudah goyah oleh cercaan atau hinaan.
Di sisi lain, Abdullah bin Salam juga mengajarkan pentingnya mencari pengetahuan dan kebenaran. Sebagai seorang yang berilmu, ia tidak menutup mata terhadap tanda-tanda kenabian Rasulullah, meskipun ia tahu bahwa hal itu bisa saja bertentangan dengan pandangan mayoritas kaumnya. Ia memilih iman dan kebenaran daripada popularitas dan kehormatan semu di mata manusia.
Abdullah bin Salam akan selalu dikenang sebagai sosok yang melambangkan keberanian, keteguhan, dan pencari kebenaran. Semoga Allah merahmatinya dan menjadikan kisah hidupnya sebagai inspirasi bagi kita semua dalam menegakkan kebenaran, memegang teguh iman, dan terus berusaha mencari ilmu dan kebaikan. [Kisah Hikmah]