Abdullah bin Jubair adalah sosok sahabat Nabi dari kalangan Anshar, keturunan suku Aus. Sejarah mencatatnya sebagai komandan pemanah yang selalu amanah dan memenuhi janji.
Di bawah bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berikrar untuk selalu mematuhi perintah Nabi, sebagai wujud ketaatan pada Allah. Tidak sedikit pun terbersit keraguan dalam hatinya, apalagi niat untuk menggantikan cintanya kepada Nabi dengan kepentingan pribadinya. Dalam setiap kesempatan, Abdullah selalu mendahulukan perintah Rasul di atas segalanya. Baginya, mengikuti Rasulullah berarti memprioritaskan kehendak Allah di atas kepentingan duniawi.
Komandan Pemanah
Pada saat Perang Uhud akan berlangsung, Rasulullah menunjuk Abdullah bin Jubair untuk memimpin 50 pasukan pemanah dan menempatkan mereka di atas bukit, sebagai strategi perlindungan.
Dengan tegas, Rasulullah berpesan agar mereka tetap bertahan di posisi, apapun yang terjadi di medan perang. Pesan itu disampaikan dengan sangat jelas, “Jangan pernah tinggalkan posisi kalian meskipun melihat kami menang, dan jangan pula tinggalkan posisi kalian saat kalian melihat kami terdesak.”
Pesan tersebut tidak hanya sekadar perintah, tetapi juga sebuah wasiat yang didasarkan pada wahyu Allah. Abdullah memahami amanat ini dengan baik dan bertekad untuk menaatinya sepenuh hati.
Ketika peperangan meletus, pasukan muslim tampak mendominasi, berhasil mendesak barisan musuh hingga mundur. Kemenangan tampaknya sudah di depan mata. Pasukan Quraisy tampak kocar-kacir, meninggalkan medan perang dan segala perlengkapan mereka.
Melihat situasi ini, sebagian besar pasukan muslim bergegas mengumpulkan pampasan perang dengan penuh kegembiraan. Mereka yakin bahwa kemenangan sudah dalam genggaman dan perang telah usai.
Baca juga: Abdullah bin Jahsy
Godaan Ghanimah
Di atas bukit, para pemanah di bawah kepemimpinan Abdullah bin Jubair memantau dari kejauhan. Mereka melihat kawan-kawan mereka turun ke medan perang, meraih harta pampasan yang pasukan Quraisy tinggalkan.
Melihat situasi tersebut, sebagian dari mereka mulai merasa gelisah. Ketika godaan harta menggerogoti, sebagian besar dari mereka pun berinisiatif meninggalkan pos, meskipun Abdullah bin Jubair telah memperingatkan mereka untuk bertahan. Abdullah dengan lantang mengingatkan akan perintah Rasulullah yang telah jelas: untuk tidak meninggalkan posisi mereka, apapun yang terjadi.
Namun, nafsu dan keinginan untuk meraih pampasan perang lebih menggoda mereka daripada suara Abdullah. Mereka lupa bahwa kepatuhan kepada perintah Nabi adalah bentuk ketaatan tertinggi, dan godaan dunia hanyalah ilusi yang tak abadi.
Hanya segelintir orang yang tetap berada di posisi mereka di atas bukit, termasuk Abdullah bin Jubair. Mereka tidak tergoda oleh kesenangan duniawi. Mereka berdiri kokoh, menjalankan perintah Nabi dan tidak tergoyahkan oleh apapun. Abdullah bin Jubair dan beberapa orang itu berpegang teguh pada janji untuk selalu patuh, bahkan ketika rekan-rekan mereka turun meninggalkan pos.
Baca juga: Abdullah bin Amr bin Al-Ash
Syahidnya Abdullah bin Jubair
Namun, pelanggaran terhadap perintah itu akhirnya harus dibayar dengan harga yang mahal. Tersembunyi di balik bukit, pasukan kavaleri Quraisy yang dipimpin oleh Khalid bin Walid tengah menunggu kelengahan pasukan muslim. Khalid, seorang ahli strategi yang cerdik, segera mengambil kesempatan ini. Ia menyaksikan bukit yang sebelumnya dijaga ketat, kini sepi dari penjagaan.
Dengan cepat, Khalid memimpin serangan dari balik bukit, menerjang para pemanah yang tersisa di puncak, termasuk Abdullah bin Jubair. Abdullah dan rekan-rekannya bertahan, namun mereka akhirnya gugur sebagai syuhada. Kegigihan mereka mempertahankan posisi tidak cukup untuk menahan serangan yang tak terduga itu.
Pasukan kavaleri Quraisy berhasil menguasai bukit, dan serangan mereka terus menyebar ke arah pasukan muslim yang saat itu tengah lengah. Kondisi yang awalnya unggul berubah drastis. Pasukan muslim yang semula merasa yakin akan kemenangan tiba-tiba harus menghadapi serangan mendadak, membuat mereka panik dan berlari serabutan.
Dalam situasi kacau ini, mereka kesulitan mengatur barisan, sehingga banyak dari mereka yang tumbang. Abdullah bin Jubair yang tetap setia pada perintah Rasulullah pun gugur dengan penuh kehormatan. Ia mengorbankan nyawanya demi menjaga amanat yang ia pegang sejak awal.
Baca juga: Abdullah bin Amr bin Haram
Sebuah Hikmah
Kisah Abdullah bin Jubair ini adalah pengingat akan pentingnya menjaga ketaatan dalam segala kondisi, terutama pada saat godaan duniawi mencoba menggoyahkan iman. Abdullah mencontohkan bagaimana janji kepada Allah dan Rasulullah lebih berharga daripada harta benda. Ia mengajarkan kepada umat bahwa keteguhan dalam mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya adalah bukti cinta dan ketakwaan yang sejati, serta bahwa kebahagiaan dunia tak sebanding dengan kehormatan dan ganjaran yang abadi di akhirat.
Abdullah bin Jubair telah menjadi simbol ketaatan yang menginspirasi banyak generasi. Dengan jiwa yang teguh dan pengorbanan yang tulus, ia tetap bertahan hingga akhir, menjalankan perintah Rasulullah sebagai bentuk penghambaannya kepada Allah. Semoga Allah merahmati Abdullah bin Jubair dan menjadikannya teladan abadi bagi umat ini. [Kisah Hikmah]