Meskipun hanya empat tahun bertemu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Hurairah menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Sebanyak 5.374 hadits ia riwayatkan, melampaui Abdullah bin Umar yang meriwayatkan 2.630 hadits, Anas bin Malik yang meriwayatkan 2.286 hadits, dan Bunda Aisyah yang meriwayatkan 2.210 hadits.
Sebanyak 104 sahabat meriwayatkan dari Abu Hurairah. Bahkan Syekh Mahmud Al-Mishri mengutip pendapat sebagian ulama yang menyebutkan bahwa ada 800 sahabat yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah.
Ada tiga hal yang menjadi jawaban mengapa Abu Hurairah paling banyak meriwayatkan hadits. Pertama, soal mulazamah. Kedua, soal daya ingat. Ketiga, soal motivasi.
Mulazamah
Abu Hurairah sendiri menceritakan mengapa ia paling banyak meriwayatkan hadits. Ketika tiba di Madinah, Abu Hurairah belum menikah. Ia pun memutuskan menjadi ahlus suffah, sebutan untuk para sahabat Nabi yang tinggal di serambi Masjid Nabawi. Lalu mulazamah, mendampingi ke mana pun Rasulullah pergi.
Di masjid, ia tak pernah ketinggal majelis Nabi. Ketika Rasulullah keluar untuk berdakwah atau berjihad, Abu Hurairah selalu menyertai. Sampai-sampai sebagian ulama menyebutnya laksana bayang-bayang. Hanya berpisah ketika Rasulullah istirahat malam.
“Saudara-saudaraku kaum Muhajirin, mereka punya kesibukan dengan perniagaan. Sedangkan saudara-saudaraku kaum Anshar, mereka punya kesibukan dengan perkebunan,” kata laki-laki yang masuk Islam melalui dakwah Thufail bin Amr Ad-Dausi ini.
Karenanya, meskipun hanya empat tahun berjumpa Rasulullah, Abu Hurairah mendapatkan hadits paling banyak karena ia senantiasa membersamai Rasulullah. Bermulazamah meskipun harus menanggung risiko hidup miskin bahkan kelaparan.
Baca juga: Istri Abu Bakar
Hafalan yang Kuat
Mendapatkan banyak hadits tetapi jika tidak bisa mengingatnya, tentu tidak bisa menyampaikannya. Abu Hurairah tidak hanya mendengar dan melihat langsung dari Rasulullah tetapi juga merekamnya dengan kuat dalam memorinya.
Awalnya, ingatan Abu Hurairah tidak sekuat itu. Namun, ia terus berusaha dan berikhtiar. Di antaranya, berkonsultasi kepada Rasulullah. “Wahai Rasulullah, aku mendengar sangat banyak sabdamu tetapi tidak semuanya bisa aku hafal.”
Mendengar keluhan itu, Rasulullah menyuruh Abu Hurairah membentangkan serbannya. Kemudian, beliau seperti mengambil sesuatu dan memberikannya kepada Abu Hurairah yang langsung menyambutnya dengan gerakan tangan laksana menerima pemberian.
“Sejak saat itu,” kata Abu Hurairah, “aku tidak pernah lupa dengan apa yang Rasulullah sabdakan.”
Dalam riwayat yang lain, Abu Hurairah pernah berdoa. “Ya Allah, karuniakanlah kepadamu ilmu yang tak pernah aku lupa.” Rasulullah mengaminkan doa tersebut.
Dua sahabat lain di samping Abu Hurairah kemudian berdoa dengan doa yang sama, berharap doa mereka Rasulullah aminkan. Namun, Rasulullah tidak mengaminkannya. “Kalian sudah didahului oleh Abu Hurairah.”
Kuatnya hafalan Abu Hurairah terkenal di kalangan seluruh sahabat. Kelak, Marwan bin Hakam menguji panglima hadits itu dengan meminta beberapa hadits yang panjang. Tanpa sepengetahuan Abu Hurairah, Marwan menyuruh bawahannya untuk mencatat apa yang Abu Hurairah sampaikan.
Beberapa tahun berikutnya, Marwan minta Abu Hurairah menyampaikan ulang hadits-hadits tersebut. Bawahannya yang mengecek ketepatan hadits Abu Hurairah dengan catatan mereka terkagum-kagum karena tidak ada satu huruf pun yang berbeda.
Baca juga: Asbabun Nuzul Surat Ar Rahman Ayat 33
Dua Ayat
Poin ketiga mengapa Abu Hurairah paling banyak meriwayatkan hadits adalah dua ayat firman Allah. Sebagaimana ia nyatakan sendiri. “Jika bukan karena dua ayat dalam Kitabullah, maka aku tidak akan mengeluarkan satu hadits pun.”
Dua ayat tersebut adalah firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 159-160:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ . إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Sungguh, orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam Kitab (Al-Qur’an), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat, kecuali mereka yang telah bertobat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah: 159-160)
Abu Hurairah takut kalau sekiranya dia tidak mau menyampaikan hadits-hadits yang sudah ia dengar dari Rasulullah, ia akan menjadi orang terlaknat seperti ayat 159 tersebut. Dua ayat inilah yang mendorongnya untuk menyampaikan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisahikmah]