Zubair bin Awwam adalah sahabat Nabi yang mendapat julukan hawari Rasulullah. Selain itu, kekuatannya setara dengan seribu orang. Setidaknya menurut Umar bin Khattab.
Ketika hendak menaklukkan Mesir, panglima Amr bin Ash kekurangan pasukan. Ia hanya membawa 3.500 pasukan. Amr bin Ash pun mengirim surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab, meminta pasukan tambahan. Sahabat Nabi bergelar Al-Faruq itu kemudian membalas surat tersebut.
“Aku mengirimkan bala bantuan untukmu sebanyak 4.000 pasukan. Pada setiap seribu di antara mereka terdapat seorang laki-laki yang menyamai kekuatan seribu orang,” tulis Umar dalam suratnya. Empat orang tersebut adalah Zubair bin Awwam, Miqdad bin Al-Aswad, Ubadah bin Shamit, dan Maslamah bin Mukhlad.
Tak hanya Umar yang mengakui kuatnya Zubair bin Awwam. Sahabat lain dan sebagian tabi’in juga mengakui kekuatan hawari Rasulullah. Sufyan Ats-Tsauri mengatakan, “Kekuatan para sahabat ada pada Hamzah bin Abdul Muthalib, Ali bin Abu Thalib, dan Zubair bin Awwam.”
Kekuatan Fisik Zubair bin Awwam
Zubair bin Awwam masuk Islam pada masa remaja. Ia termasuk assabiqunal awwalun. Usianya pada saat itu 15 tahun menurut Syekh Khalid Muhammad Khalid. Atau 16 tahun menurut Syekh Mahmud Al-Mishri. Bahkan menurut Syekh Nizar Abadzah lebih mudah lagi, baru 12 tahun.
Meskipun keturunan terpandang dengan nasab terhormat, Zubair tetap terkena siksaan kaum Quraisy. Pamannya sendiri, Naufal bin Khuwailid, mengikat dan menggantung Zubair. Lalu ia menyalakan api di sekeliling Zubair, membuatnya kepanasan dan sesak napas karena menghirup asap.
Namun, Zubair tetap teguh pendirian. Istiqamah dalam keimanan. Ia sangat kuat menghadapi siksaan. Terus bertahan hingga imanlah yang menang.
Pada usia 18 tahun, Zubair hijrah ke Habasyah bersama para sahabat. Ketika terjadi pemberontakan di negeri Raja Najasyi itu, dialah yang menunaikan misi mengamati jalannya peperangan dengan cara berenang menyeberang sungai Nil yang lebar. Misi itu berhasil, Zubair membawa kabar kemenangan Raja Najasyi sesuai harapan para sahabat.
Baca juga: Anak Abu Bakar
Kekuatan Seribu Orang
Di medan perang, keberanian dan kekuatan Zubair bin Awwam semakin gemilang. Pada perang Badar, dengan serban kuning di kepala, Zubair berhasil membabat pasukan Quraisy yang paling sulit roboh. Ubaidah bin Sa’ad bin al-Ash, namanya. Perwira kafir Quraisy itu mengenakan baju besi dan pelindung kepala yang menutup seluruh wajahnya kecuai kedua mata. Serangan pedang berhenti di baju besinya. Anak panah juga tidak mampu menembusnya.
Zubair tidak gentar. Dengan tombaknya, ia mengincar mata laki-laki itu. Zubair berhasil. Tombaknya menikam mata Ubaidah dan seketika laki-laki berjuluk Abu Dzatu Karsy itu tewas. Zubair menginjak mayat Ubaidah untuk mencabut tombaknya yang menghunjam hingga bengkok.
Pada Perang Hunain, di saat kaum muslimin sempat terpukul mundur, Zubair terus bertahan. Ia laksana singa lapar hingga pasukan musyrikin ketakutan. “Zubair marah seperti macan dan menerjang seperti singa,” kata Ali bin Abu Thalib.
Pada Perang Yarmuk, sebagian pasukan Islam ingin mendampingi Zubair menerjang musuh. “Kalian tidak akan sanggup bertahan,” kata Zubair. Namun, mereka tetap mengotot.
Baca juga: Kenapa Khalid bin Walid Tidak Gugur di Medan Perang
Ketika Zubair mulai maju menggebrak musuh, mereka mengikutinya. Namun, tatkala Zubair terus merangsek ke depan dan membelah pertahanan musuh hingga baris terakhir, pasukan Islam lainnya tidak sanggup mengikuti hawari Rasulullah ini. Seorang diri, ia mampu membelah pertahanan musuh. Tak salah jika Umar bin Khattab mengatakan bahwa kekuatan Zubair bin Awwam setara seribu orang. [Muchlisin BK/Kisahikmah]