Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang berasal dari kalangan Anshar. Nama kuniyahnya adalah Abu Muhammad.
Berasal dari suku Khazraj dan keturunan Bani Haritsi, Abu Muhammad memiliki garis keturunan yang kuat di Madinah. Ayahnya, Zaid bin Tsa’labah bin Abdi Rabbih bin Zaid, merupakan tokoh terkemuka di kalangannya. Sosok Abdullah bin Zaid adalah seorang yang setia, penuh keberanian, dan berperan besar dalam membantu dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kesetiaan dalam Baiat Aqabah Kedua
Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah termasuk assabiqunal awwalun di kalangan Anshar. Buktinya, ia ikut serta dalam Baiat Aqabah kedua, sebuah peristiwa monumental dalam sejarah Islam.
Baiat ini adalah bentuk janji setia yang diikrarkan lebih dari 70 orang kaum Anshar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berjanji untuk melindungi Nabi dari ancaman musuh sebagaimana mereka melindungi keluarga dan harta mereka sendiri.
Baiat Aqabah kedua adalah awal mula dukungan penuh dari masyarakat Madinah yang menjadi cikal bakal berdirinya negara Islam pertama di kota itu. Syekh Said Ramadhan Al-Buthi menjelaskan, Baiat Aqabah kedua ini merupakan landasan hijrah Rasulullah ke Madinah.
“Oleh karena itu, baiat ini mengandung prinsip-prinsip yang akan dilegalkan setelah beliah hijrah ke Madinah, yang utamanya adalah jihad dan penegakan dakwah dengan kekuatan. Ini sudah menjadi hukum meskipun Allah belum melegalisasikan perizinannya di Makkah. Namun, Allah telah mengilhamkan kepada Rasul-Nya bahwa Allah akan melegalisasikannya tidak lama kemudian,” tulis Al-Buthy dalam dalam Fiqih Sirah.
Baca juga: Abdullah bin Zaid bin Ashim
Pejuang di Medan Perang
Selain menjadi bagian dari Baiat Aqabah kedua, Abdullah bin Zaid juga tercatat sebagai prajurit dalam Perang Badar, perang besar pertama yang menentukan keberlanjutan dakwah Islam. Ia menyaksikan langsung dahsyatnya kehancuran yang menimpa para pemuka Quraisy di lembah Badar. Kaum Quraisy yang sebelumnya merasa superior hancur dalam pertempuran tersebut, sementara kaum Muslimin meraih kemenangan meski berjumlah lebih sedikit.
Abdullah turut serta dalam berbagai peperangan lainnya, memperlihatkan keberanian dan dedikasi untuk membela Islam di setiap kesempatan. Kesetiaan dan keberaniannya menjadikan Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah sebagai sosok yang membuat umat Islam memuliakannya.
Baca juga: Abdullah bin al-Za’bari
Sahabat Nabi yang Bermimpi Adzan
Momen paling istimewa dalam hidup Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah terjadi ketika ia mendapatkan sebuah mimpi yang kelak menjadi inspirasi besar bagi umat Islam. Pada masa itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya tengah memikirkan cara terbaik untuk memanggil kaum Muslimin ke masjid untuk menunaikan shalat.
Ada beberapa usulan, tetapi semuanya belum memuaskan. Misalnya ada yang mengusulkan menggunakan tepompet. Usulan itu tertolak karena seperti ibadah kaum Yahudi. Ada yang mengusulkan mengunakan lonceng. Usulan ini juga tertolak karena seperti ibadah kaum Nasrani.
Suatu malam, Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah bermimpi melihat seorang laki-laki mengajarinya kalimat-kalimat adzan, seruan untuk memanggil umat Islam agar melaksanakan shalat. Dalam mimpi tersebut, ia mendengar kalimat-kalimat yang indah dan jelas, mengandung panggilan kepada umat Islam untuk bersiap menunaikan salat.
Pagi harinya, Abdullah segera menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menceritakan mimpinya tersebut. Rasulullah terkesan dengan mimpi Abdullah dan memberitahunya bahwa itu merupakan petunjuk yang benar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian, beliau memerintahkan Abdullah untuk menyampaikan kalimat-kalimat itu kepada Bilal bin Rabah, seorang sahabat yang memiliki suara lantang dan merdu. Rasulullah berkata, “Berdirilah bersama Bilal. Ajarkan kepadanya kalimat-kalimat yang engkau dengar dalam mimpi, dan suruhlah ia menyerukan kalimat-kalimat tersebut.”
Bilal pun mengumandangkan adzan, dan sejak saat itu azan menjadi panggilan resmi untuk salat di kalangan umat Islam.
Ketika Bilal mengumandangkan adzan, Umar bin Khattab mendengar seruan tersebut dan langsung tergerak hatinya. Ia bergegas menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penuh kekaguman dan berkata, “Wahai Rasulullah, demi Zat yang telah mengutusmu dengan kebenaran, sungguh aku pernah mendengar kalimat-kalimat yang Bilal serukan itu dalam mimpiku.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Hanya bagi Allah segala puji! Seperti itulah ketetapan-Nya.”
Baca juga: Abdullah bin Umar bin Khattab
Hikmah Kisah Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah
Selain kisah mimpinya tentang adzan, Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah tidak banyak dikenal karena riwayat hadis yang ia sampaikan. Bahkan menurut Tirmidzi, hanya satu hadis yang diriwayatkan darinya, yaitu kisah tentang mimpinya mengenai azan ini. Meski begitu, pengaruhnya terhadap praktik ibadah harian umat Islam sangat besar. Hingga hari ini, adzan tetap menjadi seruan yang mengajak umat Islam untuk menunaikan ibadah salat lima waktu di seluruh dunia.
Menurut catatan sejarah, Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah wafat pada tahun 32 Hijriah. Ia dikenang sebagai sahabat yang menerima ilham agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah mengubah wajah sejarah Islam. Melalui mimpinya, ia meninggalkan jejak spiritual yang kuat dan akan selalu diingat oleh umat Islam sepanjang masa.
Keteguhan dan kesetiaan dalam perjuangan Islam Abdullah bin Zaid menjadi hikmah bagi kita. Ia menjadi peserta Baiat Aqabah kedua, lantas menjadi pejuang dalam Perang Badar dan perang lainnya. Semoga Allah merahmati Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah dan menerima segala amal ibadahnya. [Kisah Hikmah]