Sebut saja namanya Haka. Laki-laki. Dia tinggal bersama ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Haka adalah anak pertama, tapi bukan satu-satunya. Adiknya banyak. Lantaran sakit dan cacat yang diderita, sang ayah berhak mendapatkan sumbangan yang dibagikan saban bulan oleh pemerintah.
Seperti biasa, Haka sebagai anak yang paling besar mengantarkan ayahnya. Saat nama ayahnya dipanggil, dia bergegas maju ke bagian pembayaran. Beserta ayahnya.
Setelah menerima sejumlah uang, sang ayah segera menggenggamnya erat. Sejak keluar dari gedung tempat pembagian sumbangan, Haka sudah langsung merayu ayahnya. Agar uang tersebut diberikan kepadanya. Sang ayah bersikukuh. Genggamannya semakin erat.
Saat melewati daerah yang sepi, Haka memaksa ayahnya. Dengan kekuatan penuh, dia merampas uang yang digenggam erat oleh ayahnya. Sang ayah tak berdaya. Hanya diam sembari menahan sakit fisik dan hatinya.
Sesampainya di rumah, Haka pergi tanpa keterangan. Sang ayah mengisahkan kepada anaknya yang lain terkait kelakuan Haka sembari berkata, “Dia telah mengambil hartaku dan membengkokkan tanganku. Semoga Allah Ta’ala membengkokkan tangannya.”
Tak lama setelah kalimat tersebut terlontar dari lisan sang ayah, tangan Haka pun bengkok. Tak perlu sebab apa pun. Sebab Dia Mahakuasa.
Haka tidak menghentikan tindakan durhakanya. Hingga sang ayah marah dan berkata, “Demi Allah, aku akan berhaji dan mendoakanmu di Tanah Suci.”
Beberapa waktu setelahnya, sang ayah benar-benar diberi rezeki dan kemudahan untuk menunakan ibadah haji. Di Tanah Suci, sang ayah mengadukan kezaliman anaknya kepada Allah Ta’ala.
“Inilah Haka yang tidak berhenti berbuat zalim kepadaku. Maka ambillah dengan hakku dari anakku, wahai Yang Maha Pengasih. Lumpuhkan anggota badannya dengan kekuatan-Mu.”
Dalam kisah yang diriwayatkan dari Abu Abdurrahman ath-Tha’i yang dikutip oleh Khalid Abu Shalih dalam bukunya Kisah-Kisah Anak Durhaka ini disebutkan, tubuh Haka langsung lumpuh sesaat setelah sang ayah menurunkan tangannya. Dia berada dalam keadaan lumpuh dan tangan yang bengkok sampai meninggal dunia.
Sadarlah, wahai siapa pun yang pernah bersikap seperti ini kepada orang tuanya. Telitilah sikapmu. Jangan sampai orang tua merasa didurhakai dengan sikap burukmu sebagai anak. Telitilah dengan benar. Cocokkan sikapmu dengan ajaran yang termaktub di dalam al-Qur’an dan Sunnah.
Sebab dosa durhaka akan disegerakan di duni sebelum siksa abadi di akhirat, sebagaimana tersebut dalam kisah ini dan kisah masyhur lainnya.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]