Ya Allah, Dia Tak Pernah ke Mekah Kenapa Pahala Umroh-nya Melimpah?

0
pahala umroh

Yaumul hisab menjadi saat-saat mendebarkan dan penuh ketegangan. Saat satu per satu manusia melihat perhitungan amalnya. Wajah-wajah ketakutan memenuhi mahsyar. Gurat-gurat penyesalan dan tangis kesedihan teramat mudah ditemukan. Namun ada pula wajah berseri-seri melihat catatan amalnya.

Selain itu, ada pula keterkejutan-keterkejutan. Seseorang yang menduga dirinya telah beramal shalih tetapi pahalanya hangus. Juga sebaliknya, seseorang yang menduga amalnya kecil ternyata pahalanya sangat besar. Amalan ringan ternyata keutamannya sangat luar biasa.

Bayangkan seseorang yang terkejut melihat temannya memiliki pahala umroh yang sangat banyak. Ribuan pahala umroh. Mengalahkan dirinya yang hampir setiap tahun umroh kecuali di masa pandemi. Padahal ia tahu, temannya itu tidak pernah umroh. Tidak pernah berangkat ke Tanah Suci.

“Ya Allah, dia tidak pernah ke Mekah. Mengapa pahala umrohnya berlimpah? Bahkan melebihiku yang setiap tahun berangkat umroh?” Orang itu memberanikan diri bertanya.

Lalu diperlihatkanlah dari mana pahala umroh yang sangat banyak itu. Rupanya, temannya tadi memperoleh pahala umroh karena ia shalat Subuh berjamaah lalu tidak pulang sebelum tiba waktu dhuha. Ia mengakhiri dzikirnya dengan shalat dua rakaat.

Temannya itu memang bukan orang kaya. Jangankan untuk berangkat umroh, untuk kebutuhan sehari-hari saja ia harus memeras keringat dan membanting tulang. Jangankan untuk naik pesawat, untuk berbuka dan sahur saja ia hanya bisa makan tahu tempe atau lauk seadanya. Namun ia pernah mendengar hadits shahih. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ

Barangsiapa mengerjakan shalat Subuh berjama’ah di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat sunnah Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumrah secara sempurna. (HR. Thabrani; shahih lighairihi)

Baca juga: Ucapan Terima Kasih dalam Islam

Lalu ia pun mengamalkannya, terutama di bulan Ramadhan. Usai makan sahur, ia berangkat ke masjid. Menunaikan shalat Subuh berjamaah. Usai shalat Subuh dan dzikir, ketika hampir semua jamaah pulang, ia tetap di masjid. Meneruskan dzikirnya, kadang tilawah Al-Qur’an, hingga tiba waktu dhuha. Lantas ia sholat dhuha dua rakaat, setelah itu baru pulang.

Apalagi jika ada Ceramah Ramadhan sehabis Subuh, tinggal menunggu sebentar saja sudah tiba waktu dhuha. Itu yang ia amalkan sehingga panen pahala umroh meskipun tak pernah ke Mekah. [Muchlisin BK/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaBolehkah Niat Puasa Ramadhan Pagi Hari Setelah Terbit Fajar?
Artikel berikutnyaKisahku Sembuh dari Mata Minus dengan Operasi Lasik