Allah Ta’ala Penguasa alam semesta. Dialah Rabb manusia dan seluruh makhluk. Dialah yang menciptakan, menumbuhkan, merawat, dan membimbing semua makhluk-Nya. Di Tangan-Nyalah bergantung semua urusan.
Dialah yang Esa. Tiada sekutu bagi-Nya. Yang Maha memberi petunjuk kepada hidayah (al-Islan) dan menyelamatkan manusia dari kesesatan. Siapa yang dikaruniai petunjuk oleh Allah Ta’ala; maka tak ada satu pun makhluk yang bisa menyesatkannya. Dan, siapa yang disesatkan bersebab perbuatan dirinya; maka tak ada yang bisa antarkan petunjuk kecuali Allah Ta’ala.
Ada satu orgn tubuh yang amat besar peranannya dalam menentukan baik atau buruknya seorang manusia. Organ inilah pusat kendali; jika dia baik, baik pula anggota tubuh yang lain; jika buruk, buruk pula anggota tubuh lainnya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, organ ini berada (dalam kekuasaan) di antara Jari-jemari ar-Rahman.
Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah hati. Namun yang lain mengatakan bahwa organ itu jantung. Pendapat yang lainnya menyebutkan, yang dimaksud (hati/jantung) itu adalah organ tersebut secara fisik dan maknawi.
Di antara karakteristik organ ini adalah bolak-balik. Maka, ia menjadi salah satu penentu iman; kadang naik, seringkali turun. Sebab itulah, semasa hidupnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam amat sering memanjatkan doa memohon ketetapan hati di atas Islam dan ketaatan.
“Ya Rasulullah,” tanya Ummu ‘Aisyah kepada suami tersayangnya itu, “alangkah seringnya engkau berdoa dengan doa itu?”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia perangainya itu pun menjawab, “Tidak ada satu hati pun, melainkan berada di antara Jari-jemari ar-Rahman (Allah Ta’ala)”
Karenanya, lanjut Rasulullah, “Jika Dia Menghendaki untuk meluruskannya, maka Dia akan meluruskannya. Dan, jika Dia Berkehendak membuatnya sesat, Dia pun akan menyesatkannya.”
Apakah doa yang senantiasa dibaca oleh Rasulullah hingga ditanyakan oleh Ummu ‘Aisyah ini? Ialah kalimat mulia sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih, “Ya Muqollibal Qulub, Tsabbit Qalbi ‘ala Diinik. (Ya Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Di akhir hadits, Nabi membaca firman Allah Ta’ala,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau. Karena sesungguhnya Engkaulah yag Maha Pemberi (karunia).” (Qs. Ali ‘Imran [3]: 8)