Ada yang luput kita perhatikan dari sejarah kenabian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Ada banyak hal, sebab keterbatasan ilmu dan penafsiran kita terhadap teks al-Qur’an dan Hadits yang ada. Di antaranya tentang cara Nabi mengetahui/memperkirakan jumlah pasukan musuh dalam sebuah peperangan.
Berbeda dengan perang modern ketika data prajurit tertulis rapi dalam dokumen khusus yang lengkap berupa senjata, kendaraan, perbekalan, dan sebagainya. Termasuk identitas berupa nama, jenis kelamin, umur, lama bergabung dalam akademi militer, dan seterusnya.
Maka di zaman modern secara statistik sekarang ini, amat mudah diketahui berapa jumlah pasukan yang dikirim ke sebuah daerah peperangan. Apalagi ketika sudah ada kementrian khusus yang menangani perang dalam sebuah pemerintahan.
Sebut saja dalam serangan yang dilancarkan oleh Arab Saudi atas perintah Raja Salman bin Abdul Aziz yang sebelumnya dimintai ‘tolong’ oleh Pemimpin Yaman. Saudi diberitakan mengirimkan seratus pesawat tempur dan seratus lima puluh ribu tentara perang dalam perang tersebut.
Mengetahui jumlah pasukan musuh amat penting, agar bisa menakar kekuatan berupa jumlah personil, senjata yang digunakan, dampak serangan, strategi yang akan digunakan, termasuk sumber perbekalan, dan sebagainya.
Pengetahuan ini amat penting; sebab jika tidak diketahui, salah satu kubu akan dengan mudah dikalahkan oleh kompetitornya. Lalu, bagaimanakah cara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam menghitung atau memperkirakan jumlah pasukan musuh?
Pasalnya, dalam setiap jihad perang yang dilakukan oleh Rasulullah dan sahabatnya selalu ada data berupa jumlah pasukan kaum muslimin dan jumlah pasukan musuh. Meskipun, dalam banyak riwayat terdapat perbedaan jumlah, tapi angkanya tidak jauh berbeda dan justru saling melengkapi khazanah sejarah kaum muslimin.
Misalnya, dalam Perang Badar disebutkan bahwa pasukan Quraisy berjumlah sembilan ratus hingga seribu pasukan. Sedangkan jumlah pasukan kaum muslimin disebutkan tiga ratus sepuluh, ada juga yang menyebutkan tiga ratus tiga belas.
Maka untuk mengetahui berapa jumlah musuh, hingga disebutkan angka sembilan ratus hingga seribu itu, inilah yang dilakukan oleh Rasulullah.
Rasulullah bertanya tentang jumlah pasukan Quraisy kepada seorang budak hitam dari Bani Hajjaj sebelum Perang Badar berkecamuk. Yang ditanya menjawab, “Banyak.”
Maka Nabi pun melontarkan kalimat tanya kedua, “Berapa banyak unta yang disembelih setiap harinya?”
“Terkadang,” jawab budak berkulit hitam itu, “Sembilan atau sepuluh unta setiap hari.”
Maka para sahabat pun mengatakan, “Berarti jumlah mereka sembilan ratus hingga seribu.”
Demikianlah riwayat yang dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya. Nabi memperkirakan jumlah pasukan musuh dari makanan yang mereka konsumsi. Umumnya, satu unta memang cukup untuk seratusan orang. Wallahu A’lam. [Pirman]