Orang Zuhud dan Ahli Ibadah yang Pertama Diazab

0

Kemudahan menjalankan ibadah adalah nikmat dari Allah Ta’ala yang di dalamnya wajib disyukuri. Sebab manusia memang lemah dan mudah terpedaya dengan hal-hal yang membuatnya lalai dari menyembah Allah Ta’ala yang merupakan satu-satunya alasan dihidupkannya jin dan manusia di bumi ini.

Meski demikian, selain mensyukuri nikmat mudahnya menjalankan ibadah, ada pula kewajiban untuk mendawamkan dan mendakwahkannya kepada orang lain. Dimulai dari keluarga, tetangga terdekat, hingga masyarakat secara umum.

Inilah yang disebut tabligh, dan kemudian banyak dimaknai dengan dakwah; menyampaikan dan mengajak manusia dari penyembahan kepada makhluk menuju penyembahan kepada Allah Ta’ala semata, dan menjadikan akhirat sebagai obsesi tertinggi seorang hamba.

Tidak mudah memang, apalagi godaan kerahiban memang ada. Banyak di antara orang-orang ahli ibadah dan zuhud yang diuji dengan hal ini. Mereka menikmati berduaan dengan Allah Ta’ala, kemudian merasa lalai dan dihinggapi sombong dengan tidak mau berbaur bersama masyarakat.

Ditambah lagi dengan gangguan dakwah yang memang tak mudah. Mulai dari kemalasan itu sendiri, cacian, hujatan, tuduhan, dan aneka gangguan masyarakat yang belum mengerti, bahkan di antara mereka ada yang melawannya dengan aksi fisik berupa boikot maupun pembunuhan nyawa.

Satu hal yang perlu disadari, ada siksa yang menanti bagi mereka yang menikmati keshalehan seorang diri. Ada azab yang telah disiapkan bagi mereka yang enggan melakukan dakwah berupa mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Disebutkan di dalam ‘Uddatush Shabirin, Imam Ibnul Qayyim mengutip riwayat dari Abu ‘Umar dan yang lainnya. Bahwa Allah Ta’ala memerintahkan malaikat-Nya untuk menghancurkan sebuah negeri. Sebelum melakukan perintah itu, malaikat berkata, “Ya Allah, sesungguhnya di tengah mereka terdapat si Fulan yang ahli Ibadah dan zuhud.”

Allah Ta’ala pun berfirman, “Dahulukan si Fulan (yang ahli ibadah dan zuhud) itu, dan perdengarkanlah suaranya kepada-Ku.”

Bukankah ahli ibadah dan zuhud merupakan amalan unggulan? Lalu, mengapa dalam kasus ini mereka justru mendapatkan siksa yang pertama kali? Apakah mereka tidak ikhlas dalam melakukan ibadah, atau adakah sebab lainnya?

“Sebab,” lanjut-Nya menyampaikan kepada malaikat, “dia tidak pernah sama sekali berubah raut wajahnya (karena marah) demi Aku satu hari pun.”

Dakwah. Itulah alasannya. Ia menikmati keshalehan seorang diri, dan tidak mengingatkan orang-orang sekitarnya. Jika demikian, bagaimanakah siksa yang kelak ditimpakan kepada mereka yang menikmati maksiat, dan menyebarkannya kepada orang lain? Na’udzubillah… [Pirman]

Artikel sebelumnyaBaca Empat Dzikir Ini dalam Empat Keadaan, Niscaya Dibangunkan Rumah untuk Anda di Surga
Artikel berikutnyaJika Pun Berdoa Sampai Habis Tenaga, Allah Tidak Akan Mengabulkan Doanya