Allah Ta’ala Maha Mendengar dan Mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala memberikan nikmat kepada siapa yang Dikehendaki-Nya, dan menahannya untuk siapa yang Dikehendaki-Nya untuk tidak mendapatkannya.
Dia Mahakuasa, semua bergantung kepada-Nya. Jika Dia memberikan sesuatu, maka tak ada yang bisa menghalanginya. Dan, jika Dia menahan sesuatu, maka tiada yang bisa memberikannya. Dialah Penguasa alam semesta yang tiada sekutu bagi-Nya.
Karenanya, Dia memiliki aturan-aturan yang harus dikerjakan dan larangan-larangan yang tidak bisa dilanggar oleh makhluk-Nya. Dia berhak menentukan aturan apa pun yang disebut sunnatullah sebagai bentuk Mahaadil-Nya Dia sebagai Zat yang Maha Mengetahui.
Di antaranya, terkait doa, ada sebab-sebab yang menjadi sarana hingga doa seseorang dikabulkan, ada pula sebab-sebab bagi seseorang hingga doanya tertolak, bahkan tak dihiraukan sedikit pun. Disebutkan pula, jika pun seseorang memohon hingga habis tenaganya, Allah Ta’ala tak akan mengabulkan doanya itu. Siapakah mereka?
Dirunut dari Imam Ahmad bin Hanbal, Nabi Musa ‘Alaihis salam menyaksikan sosok laki-laki yang tengah meminta kepada Allah Ta’ala. Dalam doa yang dipanjatkannya itu, wajahnya terlihat sungguh-sungguh, bahkan ekspresi tubuhnya pun turut menggambarkan hal itu.
Karenanya, Nabi yang diutus untuk kaum Bani Israil ini berdoa kepada Allah Ta’ala, “Wahai Tuhan, kasihanilah dia. Sebab aku juga mengasihaninya.”
Secara khusus, Nabi yang memiliki mukjizat membelah lautan dengan izin Allah Ta’ala ini mengasihani laki-laki yang tengah panjatkan pinta itu. Dia iba, simpati, bahkan berempati sehingga merasa tergerak untuk membantunya agar apa yang diharapkannya menjadi kenyataan.
Sayangnya, jauh panggang dari api. Apa yang diminta oleh si laki-laki ini tertolak. Allah Ta’ala memberitahukannya kepada Musa ‘Alaihis salam, “Andaikan ia berdoa kepada-Ku hingga kekuatannya habis sekali pun, Aku tidak akan mengabulkan doanya sebelum dia mengindahkan Hak-Ku yang harus dia tunaikan.”
Demikianlah di antara ketentuan itu. Ada hak-hak Allah Ta’ala yang harus ditunaikan agar doa kita dikabulkan. Dan, jika kita lalai, maka Dia Mahakuasa untuk menangguhkan semua yang kita pinta pada-Nya.
Karenanya, saat ada doa yang belum terkabul, selain berbaik sangka, cobalah lakukan muhasabah. Adakah hak-hak Allah Ta’ala berupa penyembahan yang belum kita kerjakan? Adakah kita masih berlaku syirik kepada-Nya? Adakah hak keluarga atau tetangga yang belum kita tunaikan sehingga Allah Ta’ala tidak ridha? Dan lain sebagainya. [Pirman]