Pelayat Misterius Saat Nabi Wafat dan Kalimat yang Disampaikannya

0
ilustrasi

Setiap yang bernyawa akan mengalami mati. Baik manusia, hewan, tumbuhan, jin, hingga para malaikat, semuanya akan mengalami mati. Hanya Allahlah yang Mahahidup, kekal, lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dialah yang awal, dan yang akhir.

Kepastian kematian makhluk disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an dan hadits Nabi. Mulai dari misteri waktunya yang tak bisa dimajukan atau dimundurkan barang sedetik pun, prosesi kejadiannya, kapan waktunya, dan tempatnya.

Maka yang terpenting adalah bagaimana bisa mati dalam keadaan husnul khatimah, akhir yang baik. Ialah mereka yang mengharapkan akhirat, menceraikan dunia dengan mengambil seperlunya untuk keperluan ibadah, dan waktunya dimanfaatkan untuk mengesakan Allah Ta’ala dan melakukan amal shaleh di sepanjang usianya.

Meski kematian itu pasti, banyak manusia yang lupa. Bahkan, saking cintanya kepada Nabi Muhammad, para sahabat banyak yang tidak percaya bahwa sosok kekasih Allah Ta’ala itu wafat. Alhasil, ‘Umar bin Khaththab senantiasa menghunus pedangnya dan mengancam siapa yang mengatakan bahwa Muhammad telah mati dengan ancaman pemenggalan.

Para sahabat pun tersadar ketika Abu Bakar ash-Shiddiq mendatangi Nabi, kemudian menyampaikan kepada seluruh pelayat bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah wafat. Setelah itu, sahabat pun bersedih dan seakan baru menyadari bahwa ada ayat yang menyebutkan hal itu di dalam salah satu firman-Nya.

Terkait para pelayat itu, ‘Ali bin Abi Thalib mengisahkan, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam wafat, para pelayat pun berdatangan. Di antara mereka, ada sosok yang terdengar suaranya, tetapi tidak terlihat orangnya.”

Siapakah ia? Manusia atau malaikat? Lantas, apa kalimat yang dikatakannya?

Lanjut menantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ini, “Ia mengatakan:

‘Salam sejahtera untuk kalian semua, wahai Ahlul Bait. Semoga rahmat dan berkah Allah Ta’ala senantiasa terlimpah kepada kalian. Tiap-tiap yang berjiwa akan mati. Dan sesungguhnya pada Hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. (Qs. Ali ‘Imran [3]: 185). Sesungguhnya dalam diri Allah Ta’ala ada bela sungkawa atas setiap musibah, pengganti dari setiap yang binasa, dan penyusul dari sesuatu yang luput.

Maka yakinlah serta berharaplah hanya kepada-Nya. Karena setiap musibah merupakan pahala yang tertangguhkan. Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh.’”

Sebagaimana dikutip oleh Imam Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, Ja’far bin Muhammad berkata sebagaimana yang didengar dari ayahnya, “’Ali bin Abi Thalib bertanya, ‘Apakah kalian tahu siapakah dia? Dia adalah Nabi Khidir ‘Alaihis salam.’”

Wallahu a’lam bish-shawwab [Pirman]

Artikel sebelumnyaJika Pun Berdoa Sampai Habis Tenaga, Allah Tidak Akan Mengabulkan Doanya
Artikel berikutnyaTiga Kiat Bahagia dari Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam