Di antara hujjah yang digunakan oleh orang kafir untuk membenarkan kesyirikan yang mereka kerjakan ialah dalih kehendak Allah Ta’ala. Mereka menyampaikan pertanyaan bodoh yang bernada menggugat.
Kata mereka sebagaimana dijelaskan oleh Allah Ta’ala dalam surat al-An’am [6] ayat 148, “Jika Allah Menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak akan mempersekutukan-Nya dan tidak pula mengharamkan sesuatu apa pun.”
Kalimat ini merupakan pembenaran atas kesyirikan yang dikerjakan oleh orang-orang kafir. Mereka seakan mengatakan, “Bukankah kesyirikan yang kami lakukan atas Kehendak Allah sebab Dia Maha Berkehendak?”
“Dan jika Dia Maha Berkehendak, bukankah Dia bisa dengan mudah memalingkan kami dari kesyirikan menuju iman dan taqwa?”
Perkataan ini hanyalah prasangka. Hanyalah dugaan. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkannya sebagai sebuah kedustaan.
“Demikianlah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan.” firman Allah Ta’ala dalam lanjutan ayat ini. Kemudian Dia Ta’ala memungkasi, “Dan kamu tidak lain hanyalah berdusta.”
Lantas, apa yang menjelaskan kekafiran yang mereka kerjakan? Allah Ta’ala menyebutkan bahwa ada hikmah yang agung dalam kekafiran sebagian manusia akan syariat Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Sebab Allah Ta’ala Mahakuasa untuk membawa semua makhluk-Nya menuju jalan cahaya Islam yang menyelamatkan lagi mensejahterakan.
“Jika Dia Menghendaki,” lanjut Allah Ta’ala dalam surat al-An’am [6] ayat 149, “pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.”
Inilah hikmah yang agung. Allah Ta’ala Mahakuasa dan Maha Memberi petunjuk. Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia Kehendaki dan menyesatkan siapa yang Dia Kehendaki.
Dan Dia Ta’ala tidak akan dimintai hujjah atas Kekuasaan dan Tindakan-Nya. Akan tetapi manusialah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap perbuatan ingkar yang mereka kerjakan. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam adh-Dhahhak, “Tidak ada hujjah bagi seorang pun yang bermaksiat kepada Allah Ta’ala, tetapi bagi Allah-lah hujjah yang jelas dan kuat atas semua hamba-Nya.”
Demikian inilah di antara ketentuan Allah Ta’ala yang mustahil diingkari oleh semua makhluk-Nya. Bahwa kita dihidupkan dan dimatikan oleh-Nya, maka kita wajib mengikuti syariat-Nya. Dia akan meminta pertanggungjawaban atas semua perbuatan kita. Meski Dia Maha Mengetahui.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]