Muslimah yang Melindungi Nabi dalam Perang Uhud

0

“Aku mendapati diriku, sementara orang-orang telah berpencar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,” tutur Muslimah tangguh ini memulai. “Tidak ada yang tersisa,” lanjutnya sampaikan jumlah sahabat yang tinggal, “kecuali kurang dari sepuluh orang.”

Di antara yang tinggal itu, tuturnya meriwayatkan, “Aku, kedua putraku, dan suamiku berada di hadapan beliau.” Kemudian, dengan gagah berani, sahabiyah ini menyerang musuh yang mulai kocar-kacir, “Aku menghalau orang-orang dari hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang mulai kocar-kacir karena kekalahan.”

Sangat pemberani. Meski seorang wanita. Padahal, ia tidak memakai tameng (penghalang, pelindung dalam perang). “Beliau,” lanjutnya penuh semangat, “melihatku tidak bertameng. Lalu beliau melihat lelaki yang berlari membawa tameng.”

Nabi pun memerintahkan kepada lelaki itu, “Jatuhkan tamengmu untuk orang yang mau berperang.” Dengan sigap, Muslimah itu mengambil tameng, kemudian menggunakannya untuk berperang melindungi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Suasana pun semakin mencekam ketika seorang pasukan musuh datang menyerang dengan menunggangi kuda. Musuh itu berupaya sekuat tenaga untuk melukai sang Muslimah. Namun, “Aku menangkisnya sehingga pedangnya tidak melukaiku sedikit pun.” Selain berhasil menangkis serangan musuh, Muslimah ini juga berhasil memukul lutut kuda musuh dengan pedangnya. Kuda pun terjatuh bersama dengan penumpangnya.

Melihat kejadian itu, Nabi berteriak. Memanggil anak sang Muslimah. Tak lama kemudian, anaknya datang dan melawan musuh yang baru saja terjatuh dari kudanya. “Maka,” tuturnya sebagaimana terdapat dalam Syiar A’lam an-Nubala’, “putraku menolongku hingga laki-laki tadi pun mati.”

Seperti itulah keberanian para sahabat wanita Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka turut serta dalam jihad sebagai tim medis, penyedia logistik, dan pasukan tempur yang gagah berani.

Tidak ada takut apalagi gentar. Mereka benar-benar mendamba syahid di jalan Allah Ta’ala. Itulah cita-cita tertinggi yang mengakar kuat di dalam hati mereka. Maka lantaran benarnya niat, Allah Ta’ala mengganjar niat mereka dengan balasan terbaik.

Muslimah yang gagah berani ini adalah Nasibah binti Ka’ab yang merupakan ibu dari Amarah. Semoga Allah Ta’ala merahmati mereka dan menerima amal saleh yang dikerjakannya. [Pirman]

Artikel sebelumnyaAkur dan Damainya Istri-istri yang Dipoligami
Artikel berikutnyaSuami yang Empat Kali Menolak Nikah Lagi Demi Merawat Istrinya Selama 25 Tahun