Mimbar ini penuh kenangan. Di mimbar ini, kali pertama berdakwah di hadapan ratusan orang. Jangan tanya apakah waktu itu ada perasaan gugup dan tegang. Tentu saja.
Peristiwa itu terjadi di bulan Ramadan, 21 tahun silam. Saat seorang khatib tarawih berhalangan. Takmir baru mengetahuinya usai adzan.
“Sampean yang menggantikan, ya.” Pinta Mas Kus, salah seorang takmir.
Waktu itu, saya beramanah sebagai Ketua Umum LDK. Sebenarnya sudah sering sambutan, sharing pengalaman, hingga membina. Namun, hampir semuanya acara internal. Pesertanya pun paling banyak puluhan.
Sedangkan shalat tarawih di masjid ini, lantai satu penuh bapak-bapak. Lantai dua penuh ibu-ibu. Total jamaahnya mencapai 500 orang.
Awalnya, saya sempat ragu. Namun, bismillah, ini amanah.
“Bagaimana ceramah tadi, Mas Kus?”
“Nadanya cepat seperti dosen ngasih kuliah,” jawab beliau sambil tertawa.
Tidak terlalu buruk sebagai pengalaman pertama. Dan sejak saat itu, alhamdulilah lebih terbiasa berdakwah meskipun jumlah audiennya lebih banyak.
Semakin sering berdakwah dan semakin menyadari bahwa semua manusia sama di hadapan Allah kecuali taqwa yang membedakan, membuat semakin terbiasa. Lebih tenang meskipun harus menyampaikan di depan presiden direktur maupun sepanggung dengan bupati atau wakil bupati.
Yang masih canggung, ketika diminta habib dan ulama untuk mengisi di depan. Alhamdulillah-nya, justru itu kesempatan untuk mendapatkan koreksi dari beliau jika ada pemikiran atau konten dakwah yang tidak benar.
Baca juga: Ayat tentang Istiqomah
Maka, untuk para dai muda, jangan menolak peluang kebaikan. Jangan menolak kesempatan berdakwah kepada orang banyak. Bisa jadi itu adalah momentum yang Allah berikan untuk melatih kita menjadi penyeru agama-Nya. Bisa jadi dengan cara itu Allah menjadikan kita wasilah hidayah-Nya.
Jika ada perasaan gugup dan grogi, itu hal yang wajar pada momen-momen awal. Semakin lama, perasaan itu akan semakin berkurang dan akhirnya menjadi lebih tenang. Luruskan niat, baca basmalah, dan berdoa sebelum menyampaikan dakwah. Mintalah kepada Allah agar kita bisa mengamalkan apa yang kita dakwahkan dan dakwah kita menjadi wasilah sampainya hidayah. [Muchlisin/Kisahikmah]