Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai pemimpin yang adil. Banyak ulama menyebutnya sebagai khulafaur rasyidin kelima. Keadilannya membawa keberkahan dan kesejahteraan.
Sejak menjadi Gubernur Madinah, Umar bin Abdul Aziz telah menunjukkan keadilannya. Ia mau menjadi Gubernur dengan syarat tidak dilibatkan dalam tindak kezaliman. Begitu dilantik, ia mengangkat 10 fuqaha Madinah sebagai penasihatnya. Ia juga langsung memerintahkan para pejabat untuk bekerja dengan benar.
Prestasi Umar bin Abdul Aziz membuat kepala negara memperluas wilayah kepemimpinannya. Umar bin Abdul Aziz tak hanya menjadi Gubernur Madinah tetapi juga menjadi Gubernur Hijaz dengan wilayah tambahan meliputi Makkah dan Thaif.
Namun, tidak semua orang menyukai keadilan Umar bin Abdul Aziz. Khususnya pejabat yang merasa terancam seperti Al-Hajjaj bin Yusuf Ast-Tsaqafi. Dia memprovokasi Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik sehingga memberhentikan Umar bin Abdul Aziz dan mengusirnya dari Madinah. Namun, masa ini justru membuat Umar bin Abdul Aziz memperdalam ilmunya. Lebih zuhud dan lebih bertakwa.
Ketika Al-Walid meninggal, Sulaiman bin Abdul Malik menggantikannya. Ketika Sulaiman bin Abdul Malik hendak meninggal, atas saran Raja’ bin Haiwah, ia memilih Umar bin Abdul Aziz sebagai penggantinya. Umar bin Abdul Aziz menolak pemilihan dengan cara itu, ia mengembalikan kepada umat. Namun, umat sepakat memilihnya sebagai khalifah.
Hanya dalam waktu dua setengah tahun kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, masyarakat berubah drastis. Sampai-sampai baitul mal kesulitan mencari orang yang mau menerima zakat. Hingga para ulama berijtihad, bolehkah zakat disalurkan ke luar negeri muslim.
Ada dua penafsiran mengapa masyarakat di masa Umar bin Abdul Aziz tidak mau menerima zakat. Pertama, kondisi mereka seluruhnya sudah sejahtera. Kedua, mereka semua bertaqwa sehingga meskipun ada yang kurang sejahtera, mereka menjaga kehormatan dirinya dan mengutamakan orang lain yang mungkin lebih berhak untuk menerima zakat.
Keadilan Umar bin Abdul Aziz diikuti oleh kepala daerah di bawahnya. Di masa Umar bin Abdul Aziz, kepala daerah juga berlomba menyejahterakan rakyatnya. Di Mesir, pemerintah daerah menanggung biaya pernikahan mulai dari mahar, biaya pernikahan, hingga resepsi. Tak hanya untuk muslim tetapi juga untuk dzimmi.
Demikian adilnya Umar bin Abdul Aziz, bukan hanya kesejahteraan yang dirasakan umat tetapi juga keberkahan. Hingga dikisahkan, saat itu serigala hidup berdampingan dengan domba. Mereka tidak memangsa domba tetapi justru seperti anjing yang menjaganya (service dog).
Hingga suatu hari, seorang penggembala berteriak bahwa seekor serigala telah memangsa dombanya. Penggembala lain yang lebih berilmu mengatakan, “Berarti saat ini Umar bin Abdul Aziz telah wafat.” Dan benar, hari itu, pemimpin yang adil itu berpulang ke rahmatullah. [Muchlisin BK/Kisahikmah]