Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi menukil perkataan para ulama yang membagi orang-orang shalat dalam lima keadaan. Keadaan-keadaan ini memiliki ciri khusus dan sangat terkait dengan kualitas iman dan taqwa seorang muslim. Hendaknya kita mencermati penjelasan ini, lalu melakukan muhasabah untuk mengetahui posisi diri, kemudian bersungguh-sungguh untuk memperbaiki kualitas shalat kita.
Akan ditimpakan siksa kepada sekelompok orang yang berada di golongan pertama ini. Sebab, mereka amat lalai dalam shalatnya. Bentuknya, tutur Syeikh asal Damaskus ini, “Mereka tidak menyempurnakan wudhu, tidak memelihara waktu, dan tidak menyempurnakan rukun-rukun shalat.”
Agak tinggi dari golongan pertama, orang-orang di golongan kedua ini akan dihisab, kelak di Hari Pembalasan. Keadaan mereka adalah, “Memelihara hal-hal tersebut (wudhu, waktu, dan rukun shalat), tetapi tidak berusaha memerangi bisikan (setan di dalam shalat).”
Lebih meningkat lagi, golongan ketiga merupakan sekelompok orang yang mendapatkan ampunan dari Allah Ta’ala. Selain menyempurnakan wudhu, memelihara waktu shalat, dan menyempurnakan rukun-rukunnya, golongan ketiga ini juga bersungguh-sungguh dalam memerangi setiap bisikan setan di dalam shalatnya.
Jika golongan ketiga bersungguh-sungguh memerangi bisikan setan, kondisi orang-orang di golongan keempat lebih mulia. Selain menyempurnakan wudhu, perhatian dan menjaga waktu shalat serta menyempurnakan semua rukun-rukunnya, hati mereka senantiasa sibuk mengingat Allah Ta’ala. Kepada siapa pun yang berhasil menempatkan diri di maqam ini, tutur Syeikh Ibnu Muflih, “Orang yang keempat ini berhak memperoleh pahala.”
Sedangkan kepada sekumpulan manusia terpilih di golongan kelima, dan ini merupakan tingkatan tertinggi, Allah Ta’ala memberikan penghargaan kepada mereka dengan didekatkan kepada-Nya. Selain menyempurnakan wudhu, memelihara waktu, menyempurnakan rukun-rukun shalat, hatinya senantiasa sibuk dengan Allah Ta’ala, dan merasa gembira karena-Nya.
“Jika mereka berdiri untuk shalat,” tutur Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi, “maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Angkatlah hijabnya.’” Lanjut beliau menutup penjelasan, “Dan jika mereka menoleh, Allah Ta’ala berfirman, ‘Juntaikan hijabnya.’”
Demikian inilah keadaan orang-orang yang mendirikan shalat. Bahwa mereka menduduki kedudukan yang berbeda sesuai dengan kualitas iman dan taqwanya. Bagi masing-masing mereka, dijanjikan balasan yang berbeda. Dan, Allahlah sebaik-baik pemberi balasan dan mustahil mengingkari janji-janji-Nya.
Di mana pun keadaan kita, semoga diri ini tidak puas dan senantiasa bergegas memperbaiki diri hingga Izrail datang bertamu. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]