Tahan nafas sebentar pembaca, kisah ini skenario dan sutradaranya langsung dari Allah SWT. Saya dapatkan dari para orangtua dan ustadz ngaji saat masih kecil. Memang kebiasaan kami, setelah shalat Maghrib, ada ngaji Al Qur’an di serambi masjid. Sehabis ngaji, untuk mengisi waktu menunggu Isya biasanya diisi dengan kegiatan yang bermanfaat, seperti praktek ibadah, muhadloroh, bercerita/kisah dan lain sebagainya. Mari kita simak kisahnya dan ambil hikmahnya.
Sebut saja namanya Mbah Hasan, beliau tinggal di perdesaan. Hampir seluruh warga desa mengenal beliau. Bahkan mungkin beliau cukup dikenal di wilayah kecamatan atau bahkan lintas kecamatan. Selain sebagai imam masjid dan guru ngaji, beliau juga seorang petani biasa. Dengan beberapa petak sawah dan sebuah masjid serta beberapa murid, beliau mengukir sejarah yang indah nan tak terlupakan. Setiap langkah dan nafas hidup beliau warnai dengan dakwah dan kebaikan. Tak terkecuali saat beliau bepergian.
Suatu pagi setelah beliau menyelesaikan sholat dhuha di masjid. Beliau pergi ke pasar desa hendak membeli beberapa kebutuhan. Seperti biasa, beliau berjalan kaki menuju pasar yang jaraknya kurang lebih 300 meter-an. Setiap orang yang melihat beliau, merasa hormat dan segan.
Sesaat ada warga yang menyapa dan mengucapkan salam, beliau berhenti sejenak, menoleh/memandang kemudian tersenyum sembari mambalas sapa dan salamnya. Begitu terjadi beberapa kali, mulai pergi sampai pulang dari pasar. Saat ada yang menyapa dan mengucapkan salam, beliau berhenti sejenak, menoleh/memandang, kemudian tersenyum sembari membalas sapa dan salamnya. Tak lupa juga beliau jabat tangan kepada yang menyapanya.
Kalaupun ada yang mengajak ngobrol dan bertanya sesuatu, maka beliau tuntaskan dan layani sampai selesai, kemudian tersenyum, berpamitan dan bersalaman. Begitu kebiasaan beliau saat bertemu dan menyapa warga desa serta masyarakat umum lainnya. Maka inilah kiranya, kebiasaan beliau yang membuat nama beliau begitu dikenang dan dibanggakan.
Akhlak istimewa beliau yang selalu dikenang sepanjang zaman. Dikisahkan secara turun temurun untuk diteladani dan diperhatikan. Siapapun yang beliau temui serasa bangga dan penuh perhatian. Dan luar biasanya, desa yang beliau tempati turut menjadi rujukan. Banyak santri atau murid yang datang untuk belajar dan memperoleh teladan.Keluarga dan keturunan beliaupun juga menjadi harapan dan tokoh masyarakat yang membanggakan.
Nasehat dan pelajaran lebih mudah disampaikan dengan kebiasaan dan teladan yang dilakukan. Tentunya kebiasaan dan teladan ini sesuai dengan sunnah dan ajaran Rasullallah SAW. Tidak terkecuali kebiasaan dan sunnah keseharian, walau mungkin nampak kecil atau sepele, namun sebenarnya besar dan luar biasa dampak serta manfaatnya bagi pribadi maupun masyarakat. Seperti yang dilakukan mbah hasan. Berhenti Sejenak, Menoleh/memandang, Tersenyum, Menyapa salam dan Berjabat tangan ketika bertemu atau disapa setiap orang.
Semoga di zaman yang serba instan dan juga teknologi serba modern saat ini. Kebiasaan dan akhlaq yang sesuai sunnah dan tuntunan Rasullallah tidak lantas ditinggalkan. Karena hati siapapun akan mudah ditaklukkan hanya dengan ketulusan dan perhatian saudaranya sesama muslim secara nyata dan langsung tanpa khayalan. Tidak lantas dirubah dengan hanya kode atau emoticon yang tidak jelas maksud dan tujuan.
Sekali lagi berhentilah sejenak, pandang, senyum, sapa, salam dan jabat tangan. Semoga menjadi pelajaran dan Allah berikan kemudahan kepada kita untuk bisa istiqomah dalam membiasakan kebaikan sesuai sunnah dan ajaran Rasul-Nya. Aamiin. Wallahua’lam bish shawaab [Syahrul M/kisahikamah.com]