Akibat ‘Ah Cuma Saya Aja Kok’, Pesta Menjadi Tangis

0
ilustrasi (Pinterest.com)

Kisah ini disampaikan kurang lebih satu tahun yang lalu, saat saya mengikuti kajian kitab Riyadhus Sholihin. Apakah kisah ini benar-benar terjadi? Wallahu ‘alam. Namun yang jelas banyak kritik dan pesan moral yang disampaikan. Mari kita simak dan ikuti ceritanya.

Di sebuah pondok pesantren, menjelang libur panjang hari raya, semua santri sudah mempersiapkan diri untuk mudik atau pulang ke kampung halaman. Koper, tas ransel atau apalah bawaan yang bisa dibawa, pasti tak lupa dimasukkan. Semua merasa bahagia dan senang karena segera bertemu dengan keluarga serta sanak famili di kampung halaman. Begitulah memang suasana tahunan ini terasa spesial dan seakan ditunggu-tunggu kedatangannya.

Tepat sebelum keesokan harinya libur, malam sehabis sholat Isya, kyai pengasuh pondok pesantren meminta semua santri berkumpul di aula pondok. Dan semua santripun berkumpul di aula pondok yang memang sangat luas tepat pada waktunya sesuai permintaan kyai.

“Ada pesan yang mau aku sampaikan sebelum kalian pulang”. Begitu kyai memulai nasehat dan wejangannya kepada santri yang dicintainya. “ Nanti kalau balik ke pondok tolong bawa 1 gelas susu ya, dikumpulkan bersama-sama di aula sini.“ Begitu pesan kyai pengasuh pondok singkat dan jelas.

Hari raya pun berlalu, saatnya para santri kembali ke pondok pesantren untuk mencari ilmu. Berbondong-bondong kedatangan para santri kembali ke pondok pesantren setelah libur hari raya yang cukup panjang dan menyenangkan. Semangat baru, suasana baru dan bahkan pakaian baru terlihat mendominasi para santri yang barusan kembali. Berbagai barang bawaan dan bekal untuk kembali menuntut ilmu juga semakin bermutu.

Tiba saatnya para santri berkumpul di aula pondok. Mereka sudah membawa apa yang kyai pesankan. Namun ada salah satu santri yang dengan tenangnya tidak menunaikan pesan kyai dengan baik. Dia mengisi gelas dengan air putih, bukan dengan air susu sesuai permintaan kyai. Dia berfikiran bahwa hanya dia saja kok yang mengisi air putih, pasti tidak ada efeknya.
Setelah menunggu beberapa saat, kyai datang dan segera meminta air dalam gelas dituang kedalam wadah yang cukup besar bergantian. Setelah semua menuang air didalam gelas, para santripun diminta mengambil satu persatu air tersebut dalam gelas dan meminumnya.

Apa yang terjadi kemudian? Para santri kaget, air yang diminum tidak berupa susu yang manis dan lezat. Namun berasa hambar seperti air putih. Sepertinya banyak yang beranggapan sama dengan santri yang mengisi gelas dengan air putih saja. Dia berfikir hanya dia saja, tapi ternyata banyak yang melakukan sama dengan yang dilakukannya.

Tanpa berlama-lama, Kyai tersenyum dan menyampaikan nasehatnya “Ya, begitulah jika sikap egois dan ketidakjujuran dipelihara. Anggapan atau fikiran yang mengatakan “ah cuma saya aja kok” itu sangat tidak baik. Bayangan dia, yang melakukan itu hanya dia sendiri, padahal orang lain juga beranggapan yang sama. Maka ini dosa berjamaah, bersama-sama, semuanya. Maka yang menerima akibat siapa ? Ya semuanya juga, yang jujurpun juga terkena dampaknya. Hal ini sangat tidak baik jika dipelihara. Jangan meremehkan segala bentuk tugas dan kebaikan. Walaupun sendirian hendaknya pegang teguh amanah dan kebaikan. Termasuk dalam kehidupan sehar-hari kita, jangan sampai budaya egois (“ ah cuma saya aja kok”) ini dikembangkan. Buang sampah, bakar hutan, merusak alam dan lain sebagainya. Di semua lini kehidupan, politik, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, jangan sampai kita mempunyai sifat egois.” Berkaca-kaca kyai menyampaikan nasehatnya. Dan para santripun tak kuasa menahan tangis malu sambil mengucap istighfar penuh syahdu.

Kemudian kyai menyampaikan kabar yang menentramkan hati santrinya. “Sudah sekarang kalian pergi ke serambi masjid, insyaAllah sudah disediakan air susu murni yang siap diminum. Ayo ke sana semua. “

Begitulah pembaca yang budiman, jangan sampai kita pelihara sikap egois dalam segala aspek kehidupan. Sangat tidak baik dan merugikan semuanya. Mari kita lihat hadist ke 27 bab ke 3 dalam Riyadhus Shalihin :

“Ibnu Mas’ud ra. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Setelah aku meninggal dunia, akan muncul sikap mementingkan diri sendiri (egois) dan perkara-perkara yang kalian ingkari.” Para sahabat berkata “Ya Rasulullah, lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau bersabda. “Tunaikanlah kewajiban kalian dan mintalah hak kalian kepada Allah.” (Muttafaq’ alaih).

Semoga menjadi pelajaran dan renungan untuk kita semua. Menjadi penyemangat untuk bersama-sama melakukan perbaikan. Kontributif dalam semua hal, utamanya kebaikan dalam semua aspek kehidupan. Wallahu’alam bish showab. [Syahrul M/Kisahikmah.com]

Artikel sebelumnyaKMHP; Ketika Mbah Hasan Pergi
Artikel berikutnyaMiliki Amalan Khusus, Wanita Kulit Hitam Ini Dijanjikan Nabi sebagai Bidadari Surga