Dibunuh Pembantunya, Jenazah Sahabiyah Nabi Ini Dimasukkan ke Dalam Karung

0
ilustrasi. sumber gambar: www.merdeka.com

Ketika kaum Muslimin tengah bersiap diri untuk maju ke medan Perang Badar, Muslimah pemberani ini bersiaga, lantas meminta izin kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Katanya, “Wahai Rasulullah, izinkan saya ikut berjihad bersamamu.”

Kepada Muslimah yang termasuk golongan pertama masuk Islam dan dibaiat oleh Nabi ini, manusia paling mulia sejagad menjawab, “Tinggallah engkau di rumahmu. Sungguh, Allah Ta’ala akan memberikan anugerah syahid kepadamu.”

Setelah kejadian itu, Nabi memanggil wanita bernama Ummu Waraqah al-Anshariyah ini dengan panggilan ‘syahidah’. “Mari,” ajak Nabi kepada para sahabat saat hendak mampir ke rumah sang Muslimah, “kita berkunjung ke rumah asy-syahidah (orang yang mati sebagai syuhada).”

Kehidupan sang Muslimah pun semakin dipenuhi keberkahan dari Allah Ta’ala. Sebagai sosok yang cerdas, dia turut dalam kelompok sahabat yang mengumpulkan al-Qur’an kemudian menjadikannya dalam bentuk mushaf. Rumahnya diwakafkan sebagai masjid, kemudian Nabi menunjuk salah satu sahabatnya untuk menjadi muadzin di sana.

Sungguh mulia. Tiada sedetik pun yang berlalu, kecuali dia jalani dengan sepenuh ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Ia juga berperangai sangat baik, pun kepada para pembantu di rumahnya.

Malangnya, kebaikannya ini berujung mengenaskan bagi dirinya, meski gelar syahidah tetap melekat padanya. Kepada dua pembantunya, Ummu Waraqah menjanjikan kebebasan setelah dirinya meninggal dunia.

Didorong oleh niat buruk, dua pembantu yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan ini berniat jahat. Keduanya membunuh sang majikan yang shalihah, lalu memasukkan jasadnya ke dalam sebuah karung. Diletakkan di samping rumahnya.

Selang beberapa hari, Umar bin Khaththab yang kala itu menjabat Khalifah merasakan kejanggalan. “Sungguh, aku tidak mendengar bibiku (Ummu Waraqah) membaca al-Qur’an di rumahnya.” kata Umar.

Ia segera masuk ke dalam rumahnya. Kosong. Lantas menggeledah seluruh bagiannya, dan terbelalak saat mendapati sebuah kantong di samping rumah yang berisi jasad bibinya. Kelar melakukan pengecekan, dua pembantu di rumahnya tidak ada. Kabur.

“Tangkap kedua budak Ummu Waraqah!” perintah Umar hingga terbukalah segala kejahatan yang coba ditutupi itu.

Kisah ini hendaknya menyadarkan kepada kita semua. Ada begitu banyak orang baik yang meninggal dengan proses yang baik. Namun, ada pula yang meninggal dengan cara sadis dan menyedihkan seperti ini. Akan tetapi, akhir yang baik tetap dijalani oleh orang-orang baik, dan ini berfungsi sebagai pelajaran bagi generasi setelahnya.

Kejadiannya persis seperti kambing yang tidak berkurang kemuliaannya saat dijadikan sembelihan kurban, meski ia disayat-sayat kulitnya setelah disembelih.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaJika Imam Ini Tak Pernah Ghibah Sejak Kecil, Kamu Sejak Kapan?
Artikel berikutnyaNa’udzubillah… Meregang Nyawa Setelah Ditampar Ayahnya