Jika Imam Ini Tak Pernah Ghibah Sejak Kecil, Kamu Sejak Kapan?

0
sumber gambar: aburohmad.wordpress.com

Allah Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari melakukan ghibah, menggunjing saudara sesama Muslim. Di dalam al-Qur’an, ghibah disebut sebagai memakan bangkai manusia. Sebuah perbuatan sangat menjijikkan yang disepakati keburukannya oleh manusia normal mana pun.

Sayangnya, memakan bangkai manusia hanya ditafsirkan sebagai ungkapan hingga ghibah menjadi sesuatu yang amat ringan di zaman akhir ini. Ghibah juga mengalami reduksi menjadi gosip agar layak dinikmati bahkan digandrungi oleh kaum ibu-ibu dengan sebutan ‘hobi’.

Semakin parah ketika media cetak, siar, dan daring turut mempromosikannya. Ghibah menjadi selayak budaya baru yang sangat mudah dijumpai di berbagai sektor kehidupan, asal terdapat dua orang yang saling bercakap-cakap.

Fenomena ini semakin menyayat hati ketika merambah ke dunia pemuka-pemuka agama Islam dari kalangan ustadz sampai mereka yang dijuluki kiyai oleh komunitasnya. Bertambah tak karuan ketika perbuatan yang disepakati keharamannya itu dilakukan di forum resmi, seperti pengajian dengan jumlah hadirin lebih dari seratus hinnga ribuan orang.

Dampaknya makin parah ketika kajian itu disiarkan, lalu dirujuk oleh sesama kelompoknya hingga menjadi ghibah massal dan identitas. Hasilnya, saat seseorang mengisahkan pengalamannya menghadiri kajian tersebut dengan rekan di belahan bumi lain, mereka langsung paham karena polanya sama.

Padahal, majlis-majlis itu merupakan perkumpulan malaikat. Siapa yang melangkah ke sana diberi garansi kemudahan melangkahkan kakinya menuju surga. Maka amat tak layak andai majlis-majlis itu justru diisi dengan percakapan-percakapan ghibah yang tak bermakna kecuali dosa.

Maka kepada mereka ini, hendaknya berkaca dalam-dalam. Lihatlah nurani dengan penglihatan yang paling jujur. Selami kehidupan para pendahulu umat ini. Ada di antara mereka yang tidak pernah melakukan ghibah sejak usianya baligh.

Artinya, menjauhi ghibah sudah menjadi akhlak sebelum ilmu. Alhasil, saat benar-benar menjadi cendekiawan Muslim dan dirujuk oleh banyak orang, lidahnya keluh untuk sekadar membicarakan satu keburukan orang lain, sebab hakikatnya, yang dighibahi adalah saudara sesama Muslim.

Ulama ini, yang tidak pernah berghibah sejak belia, ialah cahaya umat ini yang mewariskan salah satu kitab hadits paling shahih di muka bumi ini. Ialah Imam al-Bukhari yang syarah atas kitabnya ditulis oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dan menjadi kitab paling shahih setelah al-Qur’an al-karim.

Semoga Allah Ta’ala melimpahkan rahmat-Nya untuk Imam al-Bukhari. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaFilsuf Inggris: Aku Berharap, Islam Menjadi Jalan Bagi Dunia
Artikel berikutnyaDibunuh Pembantunya, Jenazah Sahabiyah Nabi Ini Dimasukkan ke Dalam Karung