Kisah Umar Marah kepada Abu Bakar Melebihi Marahnya kepada Utsman

0
kisah umar bin khattab
ilustrasi Umar bin Khattab (Youtube)

Umar bin Khattab pernah marah kepada beberapa sahabat, terutama Abu Bakar Ash Shiddiq. Saat itu Umar sedang berduka karena menantunya meninggal dunia sehingga putrinya menjadi janda.

Khunais bin Hudzafah as Sahmi, nama menantunya. Sahabat Nabi itu wafat di Madinah, meninggalkan Hafshah menjadi janda.

Sebagai ayah, Umar ingin anaknya kembali menikah. Maka ia mendatangi sahabat-sahabat terdekat. Berharap ada di antara mereka yang mau menikahi Hafshah.

Umar pun mendatangi Utsman bin Affan. Ia tawarkan Hafshah kepadanya. “Aku akan mempertimbangkannya,” jawab Utsman.

Sahabat bergelar Al Faruq itu sedikit lega. Ia berharap Utsman mau menikahi putrinya. Namun satu hari berlalu, dua hari berlalu, tak kunjung ada jawaban. “Maaf, aku belum ingin menikah dalam waktu dekat,” jawab Utsman di hari berikutnya.

Umar agak marah, namun ditahannya. Toh masih ada nama sahabat lain yang akan didatanginya. Bahkan lebih utama dari Utsman. Ya, Abu Bakar.

Maka Umar pun mendatangi sahabat terbaik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu. “Jika kamu mau, aku akan menikahkanmu dengan putriku, Hafshah,” kata Utsman.

Mendengar itu, Abu Bakar diam. Ia tak memberikan jawaban apa-apa.

“Aku sangat marah kepada Abu Bakar, melebihi kemarahanku kepada Umar,” kata Umar kepada putranya Abdullah ketika menceritakan peristiwa itu.

Beberapa hari kemudian, kebahagiaan besar datang. Membuat Umar serasa menemukan oase di tengah padang pasir yang sangat panas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar Hafshah.

Setelah Rasulullah menikah dengan Hafshah, Abu Bakar menemui Umar. “Sepertinya engkau marah karena aku tidak memberikan jawaban apa-apa saat kau menawarkan Hafshah.”

“Ya, memang benar begitu,” jawab Umar.

“Tidak ada sesuatu yang menghalangiku untuk menerima tawaranmu. Namun aku mendengar Rasulullah menyebut-nyebut Hafshah. Dan aku tidak mau membuka rahasia beliau. Seandainya beliau tidak mau menikahi Hafshah, niscaya aku akan menerimanya.”

Mendengar jawaban itu, mengertilah Umar. Ia tak lagi marah kepada Abu Bakar. Ia justru sangat kagum dengan sahabatnya itu.

Hikmah Kisah Umar Marah kepada Abu Bakar

Dari kisah ini, kita mendapatkan banyak pelajaran. Pertama, keteladanan dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu untuk setiap ayah. Bahwa ayah memiliki kewajiban untuk mencarikan suami yang baik bagi anaknya.

Terkadang ayah di zaman sekarang tidak begitu peduli masalah ini. Ia membiarkan anaknya pacaran untuk mencari calon suami sendiri. bahkan terkadang hanya untuk kesenangan, tanpa niat ke jenjang pernikahan. Sudah begitu, ia tak peduli siapa calon suami anaknya ini.

Kedua, salah satu cara syar’i menjemput jodoh adalah orang tua mencarikan calon suami untuk putrinya. Tidak harus selamanya menunggu laki-laki datang melamar.  

Ketiga, dari kisah Umar marah kepada Abu Bakar ini kita mengetahui para sahabat Nabi juga manusia biasa yang bisa marah. Namun marahnya sahabat tetap terkendali. Tidak sampai keluar kata-kata buruk, tidak sampai memutus silaturahim.

Keempat, dari kisah ini kita mengetahui salah satu keutamaan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Beliau sangat menjaga rahasia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Tak ingin membocorkan sekecil apa pun. Meskipun resikonya adalah membuat orang lain marah kepadanya.

Kelima, sikap saling memaafkan dari para sahabat. Ini karakter mulia para sahabat yang mudah memaafkan saudara seiman. Karakter ini seharusnya juga ada pada diri kita.

Keenam, latar belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahi Hafshah radhiyallahu ‘anhu. Yakni sebagai bentuk penguatan kepada sahabatnya, Umar, yang sangat menginginkan Hafshah menikah lagi. Sehingga hubungan Rasulullah dan Umar semakin dekat. Selain sebagai sahabat, setelah pernikahan ini keduanya menjadi menantu dan mertua.

Pernikahan ini juga bentuk pertolongan Rasulullah kepada Hafshah yang telah menjadi janda karena ditinggal wafat suaminya. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaPenasaran Hadits Ini, Istri-Istri Nabi Mengukur Panjang Tangannya
Artikel berikutnyaJenazah Utuh Thalhah bin Ubaidillah Saat Makamnya Dipindah