Thalhah bin Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu gugur sebagai syahid pada Perang Jamal. 30 tahun kemudian, saat kaum muslimin memindahkan makamnya, mereka menyaksikan sebuah keajaiban. Jenazah Thalhah masih utuh.
Pemindahan makam Thalhah bermula ketika seorang laki-laki mendatangi putri Thalhah, Aisyah binti Thalhah. Ia bermimpi bertemu sahabat yang dijamin masuk surga itu.
“Aku melihat Thalhah dalam mimpiku. Ia berpesan, ‘Sampaikanlah kepada Aisyah agar memindahkanku dari sini. Kelembaban dan curah air di sini mengangguku,” kata laki-laki itu kepada Aisyah.
Mimpi orang mukmin adalah satu bagian dari 46 bagian nubuwwah. Dan orang yang paling benar mimpinya adalah orang yang paling jujur ucapannya. Bukankah para sahabat dan tabiin adalah orang-orang mukmin yang paling jujur ucapannya? Aisyah percaya itu.
Maka diputuskanlah pemindahan makam ayahnya sebagaimana pesan dalam mimpi tersebut. Digalilah makam Thalhah. Saat itulah, mereka menyaksikan keajaiban. Jezanah Thalhah masih utuh.
“Sungguh, tidak ada yang berubah dari jasad Thalhah kecuali beberapa helai rambut yang berada di salah satu sisi jenggotnya,” kata Al Mutsanna bin Sa’id mengisahkan peristiwa ajaib itu.
Masya Allah.. telah berlalu 30 tahun, tapi jenazah Thalhah seperti baru dimakamkan kemarin. Ini menjadi penguat bahwa jenazah Nabi dan syuhada’ utuh.
Syahid Berjalan di Muka Bumi
Thalhah bin Ubaidillah masuk Islam sejak hari-hari pertama dakwah Islam. Ia termasuk assabiqunal awwalun yang masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Saat itu usianya masih belasan tahun.
Sejak muda, Thalhah telah berlatih melempar tombak dan memanah. Maka selain talenta bisnis, ia juga memiliki kepiawaian di medan perang.
Semasa di Makkah, Rasulullah telah mengisyaratkan bahwa Thalhah akan mati syahid. Maka setiap ada seruan jihad, ia selalu bersemangat. Menjemput kematian terindah, syahid fi sabilillah.
Pada perang uhud, ia melindungi Rasulullah dari serbuan pasukan kafir Quraisy. Ada 24 titik luka di tubuhnya akibat perang itu. Jari-jari tangannya juga putus. Saat itulah ia mendapatkan janji surga dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Siapa yang ingin melihat syahid berjalan di muka bumi, lihatlah Thalhah bin Ubaidillah.” (HR. Imam Tirmidzi)
“Thalhah berhak mendapatkan surga setelah apa yang dilakukannya terhadap Rasulullah.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah)
Baca juga: Kisah Umar Marah kepada Abu Bakar
Syahidnya Thalhah bin Ubaidillah
Meskipun mendapat banyak luka di medan perang, Thalhah masih berusia panjang. Ia tak mau ketinggalan setiap seruan jihad berkumandang. Setelah berjihad bersama Rasulullah, ia berjihad di masa pemerintahan Abu Bakar, Umar dan Utsman.
Hingga ketika Utsman terbunuh, ia dipenuhi penyesalan karena tak bisa membelanya. Maka bersama sejumlah sahabat, ia menuntut balas atas pembunuh Utsman. Ia ingin pembunuh Utsman diadili. Rupanya keberangkatan untuk mencari keadilan itu berubah menjadi perang saudara.
Ketika dua kubu kaum muslimin saling berhadapan di Perang Jamal, Thalhah berusaha menghindar. Sebab ia melihat Ammar bin Yasir ada di barisan Khalifah Ali. Thalhah teringat sabda Nabi kepada putra Sumayyah itu, “kamu akan dibunuh oleh kelompok orang-orang yang melampaui batas.”
Juga sebuah petunjuk Rasulullah kepada Hudzaifah Ibnul Yaman. Bahwa nanti akan terjadi pertikaian antar kaum muslimin.
“Siapa yang harus kami ikuti saat itu?” tanya sahabat lain kepada sang pemegang rahasia Nabi itu.
“Ikutilah Ibnu Sumayyah. Sebab sampai matinya ia tak pernah lepas dari kebenaran.”
Thalhah bin Ubaidillah kemudian meninggalkan dua golongan kaum muslimin yang bertikai itu. Namun saat meninggalkan medan pertempuran, sebuah panah mengenainya. Thalhah roboh, syahid fi sabilillah. [Muchlisin BK/Kisahikmah]