Karma untuk Anak Durhaka

0
ilustrasi @nugrahayoganugraha.wordpress.com

Durhaka kepada ayah dan ibu, salah satu, atau keduanya merupakan dosa yang sangat besar. Sebelum memberikan siksa di akhirat jika anak durhaka meninggal sebelum bertaubat, Allah Ta’ala juga menyegerakan siksa baginya, tatkala kaki mereka masih menginjak bumi di dunia ini.

Seorang laki-laki diuji dengan kondisi ibunya yang lumpuh. Tidak bisa berjalan atau beraktivitas. Dia memiliki seorang pembantu. Pembantu ditugaskan untuk mengurus seluruh keperluan ibunya. Makan, minum, bersih-bersih badan, buang air; semuanya ditugaskan kepada si pembantu.

Hanya untuk satu urusan, sang anak mau membantu, menemani, dan melayani ibunya; pergi ke bank untuk mengambil tunjangan yang berhak diterima oleh sang ibu. Saban bulan, sang anak mendorong kursi roda ibunya menuju bank. Bukannya menyampaikan kalimat yang baik, si anak justru melontarkan kalimat-kalimat penyayat hati bagi sang bunda.

“Jika bukan karena uang yang kau terima, aku tidak akan sudi mengantar, mendorong, dan menungguimu di tempat ini.” kata si anak, ketus. Tidak beradab.

Setelah uang diberikan oleh pihak bank, si laki-laki segera mengambilnya sekeluarnya dari sana. Diambil seluruhnya. Tanpa menyisakan untuk keperluan ibunya.

Sampai di rumah, si ibu kembali diserahkan kepada pembantu. Dia pergi ke tempat-tempat hiburan untuk menghabiskan uang yang dia rampas dari ibu kandungnya. Tidak berperikemanusiaan.

Beberapa masa setelahnya, sang ibu meninggal dunia. Laki-laki ini berbahagia. Uang pensiunan sang ibu diteruskan atas nama dirinya sebagai satu-satunya ahli waris. Wajahnya sumringah, padahal di luar sana ada bahaya yang tengah menantinya.

Tak lama setelah meninggalnya sang ibu, laki-laki ini kecelakaan. Bagian tubuhnya harus diamputasi. Dia pun lumpuh. Dia menempati kursi roda, layaknya sang ibu dahulu.

Hanya sedih. Lunglai. Tiada semangat. Dan bayangan keburukan lainnya. Apalagi dia hanya ditemani oleh pembantu yang tak memiliki hubungan darah dengannya; bukan keluarga atau keturunan.

Tapi penyesalan memang selalu datang belakangan. Momen-momen ketika dia diantarkan oleh pembantunya ke bank benar-benar menyayat nuraninya karena selalu teringat perlakuannya kepada sang ibu, dulu ketika masih hidup di dunia.

Semuanya sudah terlambat. Durhaka telah berbuah karma. Semoga kita menjadi anak-anak yang berbakti kepada ibu dan ayah kita. Aamiin.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaBisnis Anda Sepi? Ini 8 Penglaris dari KH Muhammad Arifin Ilham (2-Habis)
Artikel berikutnyaKH Muhammad Arifin Ilham: Tolong Rahasiakan Ini!