Karena Dakwah Anak Kecil, Nenek Ini Batal Bunuh Diri

0
sumber gambar: www.bt.dk

Wanita lanjut usia ini terburu-buru mendatangi alamat yang tertera di selebaran di dekat pintu rumahnya. Dengan harapan dan antusiasme yang memuncak, nenek yang hidup sebatang kara ini mengetuk pintu rumah dengan segera. Berharap ada petunjuk di dalamnya.

Setelah pintu dibuka, ada sesosok laki-laki paruh baya yang mempersilakan masuk. Tak lama setelah itu, si nenek pun mengisahkan sebab kedatangannya.

Beberapa jam yang lalu, nenek ini hampir saja mengakhiri hidupnya. Berniat gantung diri. Tiada lagi alasan baginya untuk melanjutkan hidup. Selain umur yang sudah senja, tiada lagi makhluk lain yang mencintainya. Suami yang amat menyayanginya meninggal beberapa hari yang lalu.

Bertambah perih, keduanya mandul. Tak ada buah hati yang menyejukkan jiwa atau penerus generasinya. Merasa sepi, sedih, sendiri, menyayat hati, nenek ini berpikir singkat; bunuh diri, menyusul suaminya, secepatnya.

Tatkala tengah sibuk memasang tali untuk menggantung dirinya itu, pintu rumahnya diketuk. Padahal, di luar cuaca sedang mengamuk. Hujan salju. Membadai. Tapi, tutur si nenek, “Aku tidak tahu siapa yang datang. Dari caranya mengetuk pintu, ada hal penting yang ingin dia sampaikan. Suaranya kecil, seperti berasal dari anak-anak.”

Sang nenek pun berpikir ulang. Urungkan niat. Siapa tahu, ini merupakan pesan terakhir yang memang ditujukan untuknya. Ia meletakkan tali dan semua perlengkapan yang digunakan, kemudian mendatangi sumber suara. Di dekat pintu.

Saat pintu dibuka, tak ada siapa pun. “Mungkin,” ujar si nenek, “tamunya sudah pergi karena aku terlalu lama membukakan pintu.” Namun, dia menemukan selebaran yang diselipkan di bawah pintu hingga masuk ke dalam rumahnya.

Saat itu, si nenek membaca dengan cermat. Ada ajakan menuju kebaikan. Ajakkan cinta menuju cahaya. Ada kedamaian yang ditawarkan. Ada kesejukan yang disampaikan. Keselamatan dituturkan di selebaran itu, bagi yang berniat bergabung dengan agama damai bernama Islam.

Si nenek pun segera menyiapkan diri, menerjang badai, menuju ke alamat yang tertera di selebaran dakwah itu. Meski seorang diri, nenek ini tak gentar. Hingga tibalah kaki ringkihnya di rumah yang dimaksud.

Laki-laki dewasa yang menerima kedatangan si nenek dan mendengarkan kisahnya dengan cermat ini pun menangis. Sedih sekaligus terharu. Sedih, sebab beberapa saat sebelumnya, ia mencegah anaknya untuk keluar berdakwah.

“Nak, kita libur dulu. Cuaca tidak bersahabat. Kita di rumah saja.” Namun, si anak bersikukuh dan berangkat menyebarkan selebaran dakwah tentang Islam yang mulia di sudut benua Eropa, dari satu pintu ke pintu berikutnya.

“Andai anakku mengikuti perintahku,” bisiknya dalam hati, “mungkin nenek ini sudah mati karena gantung diri.”

Mahasuci Allah Ta’ala yang menggerakkan kaki-kaki dai untuk menebarkan ajaran Islam yang mulia kepada seluruh umat manusia.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaOrang yang Memusuhi Allah dalam 5 Perkara
Artikel berikutnyaCara Cerdas Sembuhkan Diri dari Penyakit Ghibah