Hampir setiap hari di waktu-waktu dan tempat-tempat tertentu, khususnya di pusat-pusat perbelanjaan, kita akan mendapati banyak orang antre. Mulai dari anak-anak, remaja-remaja, usia dewasa sampai yang sudah lanjut usia. Tiada yang tertinggal. Semuanya ikut mengatre.
Ceritanya akan lebih panjang jika kita mengambil setting di kota-kota besar. Khususnya Jakarta, Bogor, Depok, dan Tangerang. Berjalan dan lihatlah ke pusat kotanya, kita akan mendapati antrean panjang bukan hanya di pusat-pusat perbelanjaan, tapi sejak di jalan-jalan bahkan di gang-gang sempitnya.
Mereka sudah terjebak macet sejak keluar rumah dan akan semakin merayap ketika memasuki jalan-jalan utama. Bukan lagi di jam-jam dan hari-hari tertentu, antrean ini akan semakin tidak manusiawi karena terjadi di sepanjang waktu untuk masa yang tak bisa diperkirakan.
Di kawasan-kawasan tertentu yang terbilang elit sekali pun, antrean ini tetap ada. Bahkan bisa makin rumit di akhir pekan. Sebagian besar keluarga pergi keluar rumah, niatnya refreshing dengan nonton atau mencari makanan di tempat yang baru, tapi mereka tak kuasa menghindari antrean sejak di jalan raya, saat hendak memasuki tempat parkir, di lokasi makan, sampai pulang kembali.
“Jangan sampai engkau terlalu kenyang dengannya. Sesungguhnya terlalu kenyang mampu mengeraskan hati, merusak jiwa, mengacaukan hafalan, membuat malas anggota tubuh untuk beribadah dan menuntut ilmu, menguatkan hawa nafsu, serta menolong tentara setan.” tutur Imam al-Ghazali menyampaikan nasihat dalam Bidayatul Hidayah.
Kawan-kawan bisa membuktikannya di hari Sabtu sore sampai Ahad sore. Berapa banyak orang yang antre di tempat-tempat makan hanya untuk memuaskan nafsu dan gengsi. Di waktu bersamaan, ada banyak waktu yang disia-siakan dan potensi kebaikan yang menguap begitu saja.
Akan semakin parah jika kegiatan pekanan ini berlangsung terus menerus, menjadi ritual, dan ada perasaan merasa bersalah saat tidak bisa melakukannya.
Apakah salah jika berniat makan di luar? Tidak. Ada baiknya. Apalagi jika berniat membahagiakan keluarga. Akan tetapi, hendaknya hal ini tidak dijadikan ritual khusus. Kita juga mensiasatinya dengan makan bersama di rumah untuk mengakrabkan antar anggota keluarga.
Jangan sampai sehari-hari terpisah karena kesibukan masing-masing. Lalu akhir pekan harus kembali menikmati macet dan berdesak-desakan hanya untuk makanan yang bisa didaptakan di rumah dengan keakraban yang lebih optimal.
Ingat, yang dimaksud adalah antre panjang hanya untuk makanan. Padahal ada hal lain yang bisa diupayakan. Jangan hanya karena menuruti nafsu dan gengsi agar terlihat keren.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]