Allah Ta’ala menyebutkan dalam banyak ayat-Nya bahwa orang beriman tidaklah sama dengan orang-orang kafir. Keduanya bagai kutub yang saling berbeda, baik dari niat, cara beramal, maupun balasan yang diperoleh.
Namun dalam ayat-Nya yang lain, Dia Ta’ala juga menyebutkan bahwa keduanya memiliki kesamaan. Kesamaan dalam hal apa? Apakah dua ayat ini bertentangan?
Di antara ayat menyebutkan bahwa orang beriman dan orang yang beramal shalih memiliki kesamaan ialah surat al-An’am [6] ayat 132. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan masing-masing orang mendapatkan derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Rabbmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
“Bagi setiap orang yang berbuat ketaatan kepada Allah Ta’ala,” terang Imam Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini, “atau berbuat maksiat kepada-Nya memiliki derajat dan tingkatan masing-masing sesuai dengan amalnya.”
Allah Ta’ala akan menempatkan mereka sesuai dengan amal yang dikerjakan. Dalam tingkatan-tingkatan yang Dia tentukan. Jika seorang hamba beramal taat, maka dia mendapatkan kebaikan. Dan bagi yang bermaksiat, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedih di dunia dan akhirat.
Lebih lanjut, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menjadi dasar diberikannya balasan atas kesesatan yang dikerjakan oleh pelaku maksiat dari golongan jin atau manausia. “Masing-masing mereka mendapatkan derajat di neraka sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya.” terang Imam Ibnu Katsir menjelaskan.
Letak persamaannya ialah pada cara pembalasan atas setiap amal. Orang beriman atau kafir pasti mendapatkan balasan. Itulah bukti bahwa Allah Ta’ala Mahaadil. Mereka mendapatkan balasan sesuai dengan amalnya. Sama-sama dibalas amalnya, hanya berbeda balasannya.
Sebagai penegas, Imam Ibnu Katsir mengutip penjelasan Imam Ibnu Jarir ath-Thabari yang mengatakan, “Semua perbuatan mereka diketahui oleh Rabbmu, wahai Muhammad. Dia akan menghisab dan mencatatnya bagi mereka di sisi-Nya, untuk selanjutnya diberikan balasan atas perbuatan itu ketika kelak menghadap dan kembali kepada-Nya.”
Di tahap ini, orang-orang beriman harus senantiasa waspada atas amal shalih yang dilakukan. Sebab balasannya amat pasti. Disesuaikan dengan tingkat keikhlasan dan cara yang ditempuh dalam beramal. Alhasil, sebuah amal tidak senantiasa diberikan pahala. Bahkan tatkala salah niat, sebuah amal justru bisa menjerumuskan pelakunya menuju siksa neraka yang amat pedih. Na’udzubillah.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]