Dalam ijtihadnya, Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai cara dakwah. Meski mendapat pertentangan dari sebagian wali kala itu, Sunan Kalijaga berhasil melakukan ijtihad agar wayang bisa diterima oleh para wali lain dengan mengubah bentuknya supaya tidak serupa dengan manusia.
Sunan Kalijaga membuat wayang dalam bentuk yang pipih, tangan yang panjang sepanjang ukuran tubuh, dan hidung yang dibuat panjang. Selain itu, Sunan Kalijaga juga menjadikan wajah wayang berbeda-beda, unik, dan menggambarkan karakternya masing-masing.
Ijtihad dakwah Sunan Kalijaga yang lain terletak pada pembuatan-pembuatan karakter dalam pewayangan yang tidak terdapat pada wayang dalam versi Hindhu dan Budha. Yang paling menonjol ialah diadakannya empat karakter yang dikenal dengan Punakawan. Ialah empat sekawan yang terdiri dari Semar, Bagong, Petruk, dan Gareng.
Masing-masing dari mereka memiliki karakter unik dan memiliki filosofi dakwah yang amat mengagumkan.
Dijelaskan oleh Rachmatullah Oky dalam Dari Bilik Sebuah Kamar, Semar berasal dari satu kata dalam Bahasa Arab, Mismar yang bermakna paku. Lantaran sukar melafalkan, lidah orang-orang jawa pun melafalnya dengan semar.
Paku memiliki karakter menyeimbangkan dan mengokohkan. Paku yang tertancap kuat juga melambangkan prinsip yang kokoh, tidak mudah digoyahkan. Maka Semar, juga merupakan perlambang nilai-nilai agama yang kokoh, tetap, dan tak bisa diubah-ubah.
Selain itu, masih merujuk pada penjelasan yang sama, Semar berbentuk sosok yang tersenyum namun menetes deras air matanya, berwajah tua namun memiliki kuncung seperti anak kecil, dan tidak jelas laki-laki atau perempuannya. Maknanya ialah keseimbangan yang harus ada di antara semua orang beriman. Ada kalanya sedih, ada waktunya bahagia. Dua-duanya dipergilirkan dan harus disikapi dengan bijak.
Semar dalam karakter yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga merupakan pribadi serbabisa yang menjadi guru atau pengasuh utama bagi semua Pandhawa. Siapa saja yang berada dalam pendampingan Semar, ia akan terbebas dari bahaya.
Inilah yang menjelaskan bahwa semar merupakan perlambang dari agama. Ia menyelamatkan pemeluknya dari kesesatan dan mengantarkannya menuju kebahagiaan dunia dan keselamatan akhirat.
Agama, dalam hal ini Islam, juga menyeimbangkan. Ia merupakan pertengahan dalam hal duniawi hingga seorang mendapatkan bahagia di akhirat. Ia juga menjadi penghibur dalam banyak hal, sebab kehidupan dunia seringkali tidak adil.
Jika Semar memiliki filosofi yang amat bermakna, apa makna Gareng, Petruk, dan Bagong? Tunggu tulisan selanjutnya. Insya Allah.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]