Ada begitu banyak faktor yang membedakan generasi sahabat Nabi dengan generasi kita saat ini. Jika mereka adalah langit ketujuh, maka kita secara umum bagaikan bumi lapis ketujuh. Meskipun, generasi beriman yang jauh dari zaman Nabi-seperti kita saat ini-juga memiliki keutamaan sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam secara khusus menyampaikan salam kepada generasi yang disebutnya sebagai ‘saudaraku’. Dan, saat ditanya oleh para sahabatnya, beliau menjelaskan bahwa ‘saudaraku’ adalah orang-orang beriman yang tidak pernah melihat Nabi, hidup di zaman yang jauh dari beliau, tapi senantiasa mengimani semua yang beliau dakwahkan.
Lebih lanjut, sebagaimana disebutkan oleh ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, orang-orang beriman di zaman kita memiliki kelebihan-kelebihan dibanding generasi sahabat Nabi. Meskipun, hal itu tidak bisa mengalahkan kemuliaan generasi mereka atas generasi kita ini.
“Kalian lebih banyak berpuasa, shalat, dan lebih bersungguh-sungguh dibandingkan para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,” tutur ‘Abdullah bin Mas’ud, “namun para sahabat lebih utama di sisi Allah Ta’ala daripada kalian.”
Maka yang hadir pun bertanya, “Mengapa demikian, wahai Abu ‘Abdurrahman?”
“Sebab,” jelasnya, “mereka lebih zuhud dalam kehidupan dunia dan lebih mencintai akhirat.”
Inilah sebabnya. Inilah yang menjadi alasan sehingga para sahabat Nabi lebih utama dan lebih dicintai Allah Ta’ala dibanding generasi kita saat ini. Sebab, mereka meninggalkan hal ini, dan sebagian kita justru mengejarnya. Kita mempersembahkan waktu dan seluruh potensi untuk mengejar sesuatu yang justru ditinggalkan oleh mereka yang mulia.
Sebaliknya, kita mengacuhkan akhirat. Padahal, generasi sahabat Nabi adalah sosok yang sangat menghendakinya. Mereka seakan mencium surga, merasakan nikmatnya, dan terlihat berjalan ke sana ke mari di antara nikmat-nikmat dan kamar-kamar yang ada di dalamya. Mereka mendambakan akhirat sebagai tempat abadi, sedangkan kita amat jauh, sering lupa, dan seakan tak peduli dengannya.
Maka mulialah mereka, yang namanya senantiasa harum dalam catatan sejarah. Dan, semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kita kekuatan untuk meneladaninya sesuai dengan kemampuan terbaik yang kita miliki. Aamiin. [Pirman]