Pada prinsipnya, tidak ada doa orang beriman yang tidak dikabulkan. Yang ada hanya diganti dengan hal lain yang lebih baik, atau ditangguhkan pengabulannya di hari Kiamat kelak. Namun, ada hal-hal yang benar-benar menghalangi doa dengan pengabulannya. Faktor inilah yang sering diabaikan, sehingga semakin banyak berdoa, seseorang justru tak mendapatkan apa yang diinginkannya.
Dr. Najih Ibrahim dalam buku Kepada Aktivis Muslim membeberkan kepada kita delapan sebab tak terkabulnya doa.
Belum Penuhi Syarat Terkabulnya
Biasanya, orag-orang ini berdoa sambil lalu. Tidak serius, tanpa rasa khusyuk, tidak adanya perasaan butuh dan harap akan terkabulnya doa. Kata beliau, “Tidak menghadirkan hati, tidak khusyuk, waktunya kurang tepat, kurang tadzallul, kurang adab dan syarat-syarat lainnya.”
Terhalang oleh Dosa
Sebab manusia pasti melakukan dosa, maka yang dimaksud di sini adalah kurangnya taubat, atau taubat yang tidak sungguh-sungguh. Selain itu, makanan juga berpengaruh, baik yang haram atau syubhat (meragukan).
Beliau pun menyajikan sebuah riwayat tentang seseorang yang berpakaian lusuh, rambut acak-acakan, tubuh kumal, lalu ia berdoa sembari menangis. Namun, Nabi menegaskan bahwa doanya tidak akan dikabulkan sebab makanan yang masuk ke dalam tubuhnya berasal dari zat yang tidak halal.
Sebagai Simpanan di Akhirat
‘Ubadah bin Shamit meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Setiap Muslim di muka bumi ini berdoa kepada Allah pasti dikabulkan atau disingkirkan suatu keburukan yang setara dengannya, selama ia tidak memutus tali silaturahim atau memohon sesuatu yang mengandung dosa.”
Mendengar sabda Nabi tersebut, seseorang berkata, “Jika demikian, kita perbanyak doa saja.”
Nabi pun menjawab, “Dan, Allah Ta’ala pun akan memperbanyak.”
Kemudian, tentang penangguhan doa sebagai simpanan pahala di akhirat, Imam al-Hakim menambahkan hadits ini dengan riwayat, “Atau, pahalanya disimpankan untuknya.”
Ujian Keimanan
Tatkala doa belum dikabulkan, maka seseorang akan mengalami duka yang mendalam. Sebagai turunannya, akan terbuka peluang untuk berburuk sangka kepada Allah Ta’ala. Di sinilah letak ketergelinciran para pendoa.
Karenanya, penangguhan pengabulan doa sejatinya adalah ujian keimanan. Sebab jika imannya benar dan berkualitas, maka ia akan rela dan ikhlas dengan apa pun yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Orang-orang yang benar imannya itu hanya akan memperbarui niat, adab, dan memenuhi syarat-syarat terkabulnya doa.
“Seandainya,” tutur Dr. Naji Ibrahim, “rahasia penundaan ijabah hanyalah ujian dari Allah Ta’ala bagi seorang hamba untuk memerangi iblis, si musuh Allah Ta’ala dan musuhnya,” simpul beliau penuh kemantapan, “itu pun sudah cukup (baginya).” [Pirman/Kisahikmah]