Dakwah artinya menyeru atau mengajak. Secara istilah, dakwah merupakan ibadah mulia berupa mengajak manusia untuk menjadikan Allah Ta’ala sebagai satu-satunya sesembahan. Dakwah merupakan ibadah mulia warisan para Nabi dan Utusan-utusan Allah Ta’ala. Bagi para dai, Allah Ta’ala sediakan pahala yang besar di sisi-Nya.
Orang-orang yang berdakwah disebut sebagai kelompok terbaik umat ini. Sebab mereka mengajak kepada segala perbuatan kebaikan dan melarang umat manusia untuk menghindari dan menolak segala jenis kemungkaran. Di dalam al-Qur’an, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa dakwah merupakan perbuatan terbaik yang tiada tandingan dan bandingannya.
Akan tetapi, tidak semua dakwah dianjurkan. Apalagi dengan adanya secuil oknum dari kaum Muslimin di berbagai penjuru bumi ini. Ada begitu banyak kelompok yang salah memaknai hingga keliru dalam menjalankan makna dakwah itu sendiri.
“Inilah,” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sebuah acara yang diliput oleh Republika, “bentuk-bentuk dakwah yang harus kita hindari karena dakwah-dakwah seperti itulah yang menyebabkan Islam (kaum Muslimin) di Indonesia selalu disibukkan dengan hal-hal yang tidak produktif.”
Alumni pondok modern Gontor ini pun menyebutkan sejumlah kasus yang terjadi di Negeri ini, yang disinyalir sebagai ulah segelintir oknum yang ingin membenturkan kaum Muslimin hingga bentrok dan rusuh dengan kelompok lain.
Dakwah-dakwah yang harus dihindari, jelas beliau, ialah dakwah yang merasa paling benar. Ialah sekelompok kaum Muslimin yang menyampaikan sebuah pemahaman terkait hal furu’ (cabang) sesuai versinya, tanpa menyebutkan versi lain yang dikerjakan oleh sekelompok kaum Muslimin lainnya. Mereka memiliki kecenderungan menyalahkan kelompok lain, padahal kelompok lain juga memiliki sandaran dalam beramal.
“Dakwah yang mencerahkan lebih luas konteksnya. Tidak hanya menjelaskan (pandangan kelompoknya), tapi mampu menjelaskan; mengapa ada kelompok yang membolehkan dan mengapa ada kelompok yang tidak membolehkan.” ujar salah satu kader partai politik Islam ini.
Dengan demikian, menurut beliau, “Masing-masing (pendapat) dijelaskan sehingga umat manusia tercerahkan, arif, dan tahu beragam pandangan dalam Islam terkait sebuah persoalan.”
Akan tetapi, hal ini juga tidak boleh dijadikan landasan bagi mereka yang berdakwah tanpa jalur riwayat yang benar. Sebab sampai kapan pun, kesalahan tetaplah salah. Tidaklah sebuah kesalahan menjadi sebuah kebenaran hanya karena dilakukan oleh banyak orang.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]