Kiyai Haji Muhammad Arifin Ilham adalah salah satu dai yang aktif menyampaikan kebaikan di dunia maya melalui laman media sosialnya. Lantaran bernasnya tuturan hikmah dari sang dai kelahiran Banjarmasin ini, status-status beliau dibukukan agar mudah diambil hikmah dan dikenang dalam sanubari serta dijadikan pegangan dalam beramal shalih.
“Jangan terkecoh dengan sebutan atau pada orang yang mengaku ‘wali’. Walaupun sakti, tubuhnya kebal, tahan api, bisa terbang, memindahkan penyakit ke hewan, jubahnya tebal, dan sebagainya.” tutur Kiyai Arifin dalam Mutiara Hikmah Facebook 1 yang diterbitkan oleh Sygma Publishing tahun 2012 halaman 2.
Meski tampilan fisiknya sedemikian, jika tidak melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala dan justru melanggar firman-Nya, mereka bukanlah wali.
“Jika tidak berbuat sesuai syariat Allah, dia bukanlah wali. Jika dia tidak mendirikan shalat, memegang yang bukan mahram, perokok berat, dan meminta imbalan yang ganjil atas jasanya, dia bukanlah wali.” lanjutnya menjelaskan beberapa ciri lain dari para oknum yang mengaku wali, tapi perbuatannya amat jauh dari nilai-nilai kebenaran syariat.
Di akhir taujihnya, dai yang telah menerapkan sunnah poligami dan tinggal di Sentul Bogor Jawa Barat ini menyampaikan ciri-ciri wali yang sejati.
“Ketahuilah, sesungguhnya wali Allah Ta’ala adalah hamba Allah Ta’ala yang sungguh-sungguh beriman dan sungguh-sungguh taat kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala akan menggembirakan mereka di dunia dan akhirat.” pungkas beliau, kemudian mengutip firman Allah Ta’ala surat Yunus [10] ayat 62.
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Hendaknya kaum Muslimin berhati-hati dengan siapa pun yang mengaku sebagai wali, apalagi utusan Allah Ta’ala. Wali, orang shalih, atau apa pun julukannya, biasanya justru menyembunyikan diri dari dunia keterkenalan. Mereka lebih memilih diam, banyak berdzikir dan sibuk melakukan amal shalih untuk diri dan umat manusia.
Mereka tidak tertarik untuk membuat pengakuan apalagi mempublikasikan dirinya di hadapan manusia. Sebab yang mereka cari adalah ridha Allah Ta’ala, bukan sanjungan para manusia.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]