Sebagian kaum muslimin menyebut surat Ath-Thalaq ayat 2-3 sebagai ayat seribu dinar. Mereka meyakini, fadhilahnya terkait kecukupan rezeki. Bagaimana cara mengamalkannya?
Semua ayat Al-Qur’an adalah mulia. Sebagiannya memiliki keutamaan yang berbeda dengan ayat atau surat lainnya. Misalnya, ayat kursi yang merupakan pemimpin ayat-ayat Al-Qur’an. Ia juga memiliki keutamaan sebagai ayat perlindungan.
Surat Al-Ikhlas sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an, mendatangkan cinta Allah, dan menjadi wasilah masuk surga. Contoh lain, Surat Al Waqiah memiliki keutamaan terkait rezeki.
Demikian pula ayat seribu dinar ini, banyak yang meyakini keutamaannya mirip Surat Al Waqiah. Ayat seribu dinar tidak lain adalah ujung ayat 2 Surat Ath-Thalaq hingga akhir ayat 3, yakni:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya, sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Nah, ada dua cara mengamalkan ayat seribu dinar ini. Cara kedua lebih penting dan lebih shahih daripada cara pertama.
1. Membacanya Berulang-ulang
Saat menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Katsir mengutip hadits riwayat Imam Ahmad. Dari Abu Dzar Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca firman-Nya:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا
Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya, sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS. Ath-Thalaq: 2-3)
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
يَا أَبَا ذَرٍّ لَوْ أَنَّ النَّاسَ كُلَّهُمْ أَخَذُوا بِهَا لَكَفَتْهُمْ
Wahai Abu Dzar, seandainya semua manusia mengamalkan ayat ini, niscaya mereka akan diberi kecukupan.
Lantas Rasulullah membaca ayat tersebut berulang-ulang hingga Abu Dzar mengantuk.
Dari hadits ini, sebagian kaum muslimin mengetahui keutamaan ayat ini dan cara mengamalkannya, yakni membacanya berulang-ulang. Namun, para ulama mempersoalkan hadits ini dari dua sisi. Pertama, derajatnya yang dhaif. Kedua, apakah Rasulullah mengulang-ulang ayat tersebut sebagai contoh cara mengamalkan atau agar Abu Dzar mentadabburi makna lalu mengamalkannya.
Baca juga: Asbabun Nuzul Al Baqarah 216
2. Mengamalkan Taqwa
Cara kedua, mengamalkan ayat tersebut. Artinya, bertaqwa kepada Allah. Yakni menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Sebagaimana zahir ayat dan tafsir di atas, siapa pun yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka. Sebaliknya, orang yang hanya membaca ayat ini berulang-ulang, entah 100 kali atau 1000 kali, jika ia tidak bertaqwa, maka ia tidak akan mendapatkan jaminan dalam ayat ini.
Ketika menafsirkan Surat Ath-Thalaq ayat 2 dan 3 ini, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Maksudnya, barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dalam semua yang Dia perintahkan dan meninggal semua apa yang Dia larang, maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dari urusannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak ia sangka-sangka. Yakni dari arah yang tidak terbetik dalam hatinya.”
Jadi, Allah memberi rezeki dari arah yang tidak hamba-Nya sangka-sangka itu karena hamba tersebut bertaqwa. Bukan karena hamba tersebut membaca berulang-ulang ayat seribu dinar. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisah Hikmah]