Abdullah bin Abbas, sahabat Nabi dari keturunan Quraisy dan Bani Hasyim, merupakan sosok luar biasa yang mendapat gelar habrul ummah (tinta umat) dan tarjumul Qur’an (penerjemah Al-Qur’an). Ia juga memiliki julukan al-bahru (samudra) karena keluasan ilmunya. Ibnu Abbas adalah sepupu Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam karena ayahnya, Abbas bin Abdul Muthalib, adalah paman beliau.
Keistimewaan Abdullah bin Abbas
Ibnu Abbas lahir di tengah situasi sulit saat seluruh Bani Hasyim diboikot oleh kaum Quraisy. Ketika masih kecil, Ibnu Abbas telah mendapatkan berkah khusus dari Rasulullah, yang memberkatinya dengan ludah mulia beliau. Doa Nabi yang meminta agar Ibnu Abbas dianugerahi pemahaman mendalam tentang hikmah membuatnya tumbuh menjadi sosok yang penuh kebijaksanaan dan berwawasan luas.
Ibnu Abbas pernah melihat malaikat Jibril di sisi Nabi sebanyak dua kali, yang menandakan kehormatan dan kedekatannya dengan wahyu. Doa yang Nabi panjatkan untuknya menjadi bukti keluhuran ilmunya. “Ya Allah, ajarkanlah hikmah kepadanya,” begitu doa Rasulullah untuknya.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan lebih dari 1.600 hadits. Sejumlah hadis Nabi ia riwayatkan dari sahabat senior, seperti Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib. Sedangkan lain para tabi’in yang meriwayatkan hadits darinya sangat banyak, antara lain Mujahid, Thawus, hingga Said bin al-Musayyab.
Tidak hanya soal hadis, Ibnu Abbas juga dikenal sebagai ahli tafsir Al-Quran yang mumpuni. Pengetahuan luasnya menjangkau berbagai aspek, mulai dari syair Arab, bahasa, hingga ilmu hisab dan faraid.
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah menyatakan bahwa Ibnu Abbas adalah sosok yang sulit ditandingi dalam berbagai aspek, terutama dalam pemahaman yang lebih cepat dari kebanyakan orang, kelembutannya, serta keturunan mulianya. Bahkan pada masa Abu Bakar, Umar, dan Utsman, sulit mencari orang yang mampu menandingi ilmu dan pemahamannya dalam hadis, syair, dan bahasa Arab.
Baca juga: Abbad bin Bisyr
Kemuliaan Akhlak Ibnu Abbas
Dalam kesehariannya, Ibnu Abbas memanfaatkan waktunya untuk memberikan ilmu kepada umat. Kadang ia membahas fikih, dan di waktu lain ia mendiskusikan tafsir Al-Qur’an. Ketika para alim atau pembesar datang kepadanya, ia selalu merendahkan hati dan menunjukkan hormat. Jika ada seseorang yang bertanya, Ibnu Abbas akan memberi jawaban yang rinci hingga sang penanya merasa puas.
Salah satu riwayat menunjukkan sikap rendah hati Ibnu Abbas saat ia menunggu sahabat yang ingin ia tanyai. Ketika sahabat itu keluar, ia heran melihat Ibnu Abbas duduk di depan rumahnya menunggu dengan sabar. Saat sahabat itu menawarkan untuk mendatanginya, Ibnu Abbas menolak dengan berkata, “Akulah yang seharusnya datang kepadamu, bukan engkau yang mendatangiku.” Dengan begitu, Ibnu Abbas menyadari bahwa seorang alim perlu didatangi, bukan sebaliknya.
Ibnu Abbas tidak pelit ilmu. Ia ingin setiap orang memiliki ilmu dan pemahaman sepertinya khususnya tentang Al-Qur’an. Ia menyatakan, “Aku membaca salah satu ayat dari kitab Allah dan berharap semua orang bisa memahaminya sebagaimana aku memahaminya.”
Rasulullah pernah mendoakannya agar Allah memberinya pemahaman dalam agama dan mengajarinya tafsir, dan doa itu terwujud dengan indah dalam keseharian Ibnu Abbas.
Ibnu Abbas sangat senang melihat umat Islam yang dipimpin oleh pemimpin yang adil dan bijaksana. Jika ia mendengar ada keadilan yang ditegakkan, ia akan berdoa untuk pemimpin tersebut dan merasa bahagia walaupun tidak terkait langsung dengannya.
Pada masa khalifah Utsman, Ibnu Abbas pergi menunaikan haji, dan di usia lanjut ia kehilangan penglihatannya. Ia berkata, “Jika Allah mengambil cahaya-Nya dari kedua mataku, maka sesungguhnya pada lisan dan hatiku masih ada cahaya.” Begitulah Ibnu Abbas menunjukkan kepasrahannya dalam ridha Allah.
Baca juga: Abbas bin Ubadah
Kecintaan Umat kepada Ibnu Abbas
Ibnu Abbas wafat pada usia 70 tahun. Begitu banyak kaum muslimin yang mengikuti sholat jenazah dan mengantar jenazahnya ke pemakaman.
“Demi Allah, pada hari ini telah wafat tinta umat ini,” kata Ibnu Al-Hanafilah saat mengantar jenazah Abdullah bin Abbas.
Begitu dalam kecintaan umat kepada Ibnu Abbas yang telah mendedikasikan hidupnya untuk ilmu dan pengabdian kepada umat. Semoga Allah merahmatinya. [Kisah Hikmah]