Abbad bin Bisyr, Teladan Kekhusyu’an

0
abbad bin bisyr
ilustrasi (firefly.adobe.com)

Abbad bin Bisyr bin Waqasy adalah salah satu sahabat mulia Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari kalangan Anshar, yang berasal dari suku Aus dari Bani Asyahli. Ia adalah pribadi yang teguh dalam Islam, berjuang sejak masa awal dakwah di Madinah.

Dalam kitabnya, Ibnu al-Atsir menyebut bahwa Abbad masuk Islam melalui ajakan Mush’ab bin Umair, bahkan sebelum Sa’d bin Muaz dan Usaid bin Hudhair—dua tokoh terkemuka di Madinah. Keberanian Abbad tergambar dari keikutsertaannya dalam Perang Badar, Perang Uhud, dan berbagai pertempuran lainnya bersama Rasulullah.

Keutamaannya mendapat pengakuan bahkan oleh Bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha. Ummul Mukminin itu pernah berkata, “Ada tiga orang Anshar yang keutamaan mereka sebanding. Mereka semua dari Bani Abdul Asyhal, yaitu Sa’d bin Muaz, Usaid bin Hudhair, dan Abbad bin Bisyr.”

Tak Putus Shalat Meski Panah Menancap

Kisah heroik Abbad dalam Perang Dzaturriqa’ menjadi kenangan emas dalam lembaran sejarah. Ketika Rasulullah memerintahkan para sahabat berjaga di malam hari, Abbad dan Ammar bin Yasir mengambil tanggung jawab tersebut.

Abbad mengambil giliran pertama untuk berjaga, sementara Ammar beristirahat. Karena kondisinya aman, Abbad memanfaatkan waktu hening itu untuk shalat malam.

Ketika Abbad tengah khusyuk dalam shalatnya, seorang musuh yang ingin membalas dendam mendekati dan melepaskan panah yang tepat mengenai tubuhnya. Sungguh luar biasa, Abbad tidak menghentikan shalatnya; ia hanya mencabut panah dan melanjutkan bacaan.

Panah kedua menancam di tubuh Abbad. Kali ini, darah bercucuran lebih deras. Abbad tetap melanjutkan shalatnya. Sebuah anak panah ketiga melesat dan kembali mengenai Abbad. Terlalu banyak darah yang keluar. Sebelum jatuh pingsan, Abbad menyegerakan menyelesaikan shalat lalu membangunkan Ammar.

Saat Ammar menyadari kondisi sahabatnya yang terluka parah, ia bertanya, “Mengapa kau tidak membangunkanku sejak panah pertama?”

Dengan keteguhan hati, Abbad menjawab, “Aku sedang membaca salah satu surat dan tak ingin menghentikan bacaan sampai selesai.” Kisah ini menunjukkan keteguhan dan pengorbanan Abbad dalam menjaga Rasulullah dan menjalankan tugas yang ia emban.

Baca juga: Abbas bin Abdul Muthalib

Kisah Heroik Lainnya dari Abbad bin Bisyr

Abbad adalah salah satu dari sahabat Nabi yang tak pernah meninggalkan medan perang. Rasulullah pernah berkata di hadapan kaum Anshar, “Kalian bagaikan pakaian dalamku, dan manusia lainnya bagaikan pakaian luar.”

Sabda beliau itu menjadi pengingat bagi kaum Anshar untuk tetap setia dan teguh dalam memperjuangkan Islam, meskipun banyak cobaan yang menghadang. Janji setia yang mereka ucapkan di Aqabah tetap dipegang erat hingga akhir hayat Rasulullah.

Di sisi lain, Abbad juga terlibat dalam sebuah misi untuk menghadapi Ka’b bin al-Asyraf, seorang Yahudi yang kerap menghasut dan menimbulkan kebencian terhadap Nabi dan kaum Muslim. Bersama Muhammad bin Maslamah dan beberapa sahabat lainnya, Abbad berhasil menuntaskan misi ini, demi keamanan kaum Muslim di Madinah.

Abbad membagi hidupnya dengan bijak; di malam hari ia habiskan untuk beribadah, dan di siang hari ia habiskan di medan jihad. Keberanian dan keteguhan hatinya selalu dikenang sebagai teladan bagi kaum Muslim. Semoga Allah merahmatinya dan menempatkannya di antara hamba-hamba pilihan-Nya.

Abbad mengisi malam-malamnya dengan ketekunan dalam beribadah. Setiap malam ia mendaras Al-Qur’an dengan suara lembut dan penuh penghayatan yang membuat hati orang-orang yang mendengar terpikat.

Rasulullah dan Bunda Aisyah pernah mendengar suaranya yang syahdu dari kamarnya. Rasulullah pun berdoa, “Ya Allah, ampunilah dia.”

Baca juga: Abbas bin Ubadah

Pemilik Tongkat Bercahaya

Imam Ahmad meriwayatkan dalam Musnad-nya, bahwa saat Abbad dan Usaid bin Hudhair menemani Nabi suatu malam, tongkat mereka tiba-tiba memancarkan cahaya sehingga menerangi jalan mereka. Saat keduanya berpisah, tongkat mereka masing-masing terus memancarkan cahaya, seolah-olah diberkahi untuk menerangi jalan perjuangan mereka dalam Islam.

Suatu malam menjelang Perang Yamamah, Abbad bermimpi yang ia ceritakan kepada sahabatnya, Abu Said al-Khudri. Ia berkata, “Aku bermimpi langit terbuka untukku, kemudian tertutup lagi.”

Esoknya, ia bergabung dengan pasukan Khalid bin Walid dalam pertempuran melawan Musailamah al-Kazzab. Mimpi itu menjadi nyata, sebagaimana Abu Said menafsirkannya, Abbad gugur sebagai syahid dalam pertempuran tersebut. Kisah hidupnya adalah refleksi kesetiaan dan keteguhan seorang Muslim yang ikhlas mengorbankan jiwa demi agama dan kebenaran. [Kisah Hikmah]

Artikel sebelumnyaAbbas bin Ubadah, Sahabat Penguat Baiat
Artikel berikutnyaAbdullah bin Abbas, Sahabat yang Ilmunya Seluas Samudra