Abbas bin Ubadah bin Nadhlah Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat Anshar dari suku Khazraj yang memiliki pengaruh besar dalam memperjuangkan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Abbas bin Ubadah termasuk di antara kaum Anshar pertama yang masuk Islam. Sejarah mencatatnya karena keteguhan iman dan keberaniannya.
Pertemuan Perdana dengan Rasulullah
Pertemuan pertamanya dengan Rasulullah terjadi saat Baiat Aqabah pertama, ketika 12 tokoh dari Yatsrib (Madinah) datang menemui Nabi pada tahun 12 kenabian.
Bersama tokoh-tokoh seperti As’ad bin Zurarah dan Ubadah bin Shamit, mereka berbaiat untuk meninggalkan segala bentuk kesyirikan, tidak mencuri, tidak berzina, dan tidak melakukan perbuatan dosa lain. Setelah kembali ke Yatsrib, Nabi mengutus Mush’ab bin Umair untuk mengajarkan Islam lebih lanjut kepada masyarakat di sana.
Kehadiran Mush’ab membawa keberkahan bagi dakwah Islam di Yatsrib. Melalui sikapnya yang lembut dan komunikatif, ia berhasil mengajak banyak orang, termasuk para pemimpin seperti Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair, untuk memeluk Islam.
Tak lama kemudian, Islam berkembang pesat di Yatsrib hingga hampir setiap rumah terdapat kaum muslimin. Penduduk Yatsrib yang merindukan kehadiran Rasulullah berharap agar beliau hijrah ke kota mereka.
Baca juga: Istri Abu Bakar
Baiat Aqabah Kedua
Setahun kemudian, pada musim haji tahun 13 kenabian, sebanyak 75 orang dari Yatsrib kembali menemui Nabi di Aqabah untuk berbaiat, Sirah Nabawiyah mencatatnya sebagai Baiat Aqabah kedua. Mereka berjanji untuk melindungi Rasulullah sebagaimana melindungi anak dan istri.
Dalam pertemuan tersebut, Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi, menyampaikan kekhawatirannya apakah mereka siap melindungi Nabi dengan sepenuh hati. Para pemuka Yatsrib menegaskan kesediaan mereka untuk menolong Nabi dan Islam meskipun harus menghadapi rintangan besar.
Di saat penuh haru dan ketegangan tersebut, Abbas bin Ubadah tampil dengan semangat membara. Ia mengingatkan kaumnya bahwa baiat ini menuntut mereka melindungi Nabi dengan seluruh jiwa raga, bahkan bila harus kehilangan nyawa atau harta.
“Jika kalian merasa tak sanggup, batalkan sekarang. Namun, jika kalian siap menghadapi apa pun, pegang teguh baiat ini demi kebaikan dunia akhirat,” kata Abbas. Mendengar perkataan ini, kaum muslimin dari Yatsrib berjanji setia pada Nabi, membuka jalan bagi terjadinya hijrah ke Madinah.
Setelah berbaiat, Abbas bin Ubadah menunjukkan tekadnya yang luar biasa. Ia berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, demi Dzat yang mengutusmu, jika engkau kehendaki, besok kami akan menyerang penduduk Mina dengan pedang-pedang kami.”
Mendengar keberanian ini, Rasulullah tersenyum dan meminta mereka bersabar karena misi dakwah belum ada perintah untuk berperang. Para sahabat pun kembali ke tenda mereka tanpa ada orang lain yang mengetahui.
Baca juga: Kisah Memenuhi Janji
Abbas bin Ubadah Menjadi Muhajirin
Setelah kembali ke Yatsrib, Abbas bin Ubadah tidak langsung pulang, tetapi tinggal sementara di Mekkah bersama Rasulullah.
Barulah saat Nabi melakukan hijrah ke Yatsrib, Abbas ikut serta, menjadikannya sahabat Anshar yang juga mendapat gelar muhajirin karena ikut berhijrah bersama Nabi. Di Madinah, Rasulullah mempersaudarakan Abbas bin Ubadah dengan Utsman bin Mazh’un.
Abbas dikenal sebagai sahabat yang teguh dan pemberani dalam membela Islam. Pada Perang Uhud, ia bertarung dengan semangat membara karena ingin meraih pahala yang belum ia dapatkan pada Perang Badar. Dengan gagah berani, ia menghadapi musuh hingga akhirnya gugur sebagai syahid dalam perang tersebut.
Abbas bin Ubadah menjadi inspirasi bagi generasi setelahnya tentang ketulusan, kesetiaan, dan semangat berjuang demi menegakkan agama. Peran serta keberaniannya dalam menyambut dan melindungi Nabi di Madinah menjadi bagian dari tonggak sejarah yang memungkinkan dakwah Islam berkembang dan memperlihatkan keindahan ajarannya bagi seluruh umat. [Kisah Hikmah]





