3 Amalan Agar Rasakan Manisnya Iman

0

Betapa bahagianya jika kita diberikan karunia untuk merasakan manisnya iman. Mengecapnya adalah kenikmatan yang menjadi salah satu tanda bahwa seorang hamba telah menggapai derajat yang tinggi di sisi Allah Ta’ala. Meski tidak mudah dalam menggapainya, ada tiga hal yang bisa kita amalkan agar manisnya iman bisa benar-benar kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,“Ada tiga perkara yang dengannya seseorang akan merasakan manisnya iman.”

Yang pertama,“Menjadikan Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lebih dia cintai daripada yang selainnya.”

Cinta itu fitrah. Ianya tak bisa dipungkiri. Akan tetapi, cinta harus dialamatkan dengan benar sebagaimana diciptakannya cinta oleh Allah Ta’ala. Maka, cinta yang pertama kali harus ditumbuhkan adalah kecintaan kepada Allah Ta’ala, kepada Rasulullah, dan syariat Islam. Barulah kemudian mencintai orang tua, sesama muslim, dan umat manusia secara umum sebagai bagian dari sasaran dakwah.

Ketika kita salah mengalamatkan cinta, akibatnya akan sangat berbahaya. Bahkan, Allah Ta’ala mengancam kita jika lebih mencintai keluarga, harta, jabatan, dan perkara dunia lainnya di banding cinta yang kita alamatkan kepada-Nya, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya.

Yang kedua, “Mencintai seseorang karena Allah Ta’ala.”

Orang-orang yang bersaudara di jalan Allah Ta’ala saat di dunia kelak akan kembali disatukan di akhirat. Mereka akan mengikuti reuni iman yang pesertanya lintas generasi. Mereka saling kenal, berbincang hangat, bertukar senyum, dan menikmati apa yang telah Allah Ta’ala janjikan.

Hal itu menjadi salah satu balasan atas kebaikan yang mereka lakukan di dunia. Bahwa mereka mencintai saudaranya karena Allah Ta’ala, sehingga mengajak saudaranya itu untuk senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah Ta’ala.

Sedangkan yang terakhir, “Membenci apabila dirinya kembali kepada kekufuran setelah Allah Ta’ala mengeluarkannya dari kekufuran tersebut, sebagaimana kebenciannya apabila dilemparkan ke dalam api neraka.”

Ada masanya ketika seseorang terjerumus dalam kekufuran setelah sebelumnya mengecap manisnya iman. Ketika nurani tulus yang digunakan untuk menimbang, maka orang tersebut akan sangat bersyukur dan berupaya sekuat tenaga agar tidak kembali kepada kekufuran. Kebencian mereka sangatlah beralasan. Sebab, mereka tahu bahwa tak ada balasan bagi kekufuran kedua kali yang tidak ditaubati kecuali siksa neraka yang menyala. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaDiminta oleh Nabi Musa, Tapi Diberikan kepada Rasulullah
Artikel berikutnyaCara Memerangi Iblis