Diminta oleh Nabi Musa, Tapi Diberikan kepada Rasulullah

0
ilustrasi @plus.google

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditinggikan kedudukannya oleh Allah Ta’ala di banding Nabi dan Utusan Allah Ta’ala lainnya. Allah Ta’ala menghendaki kekasihnya ini menjadi makhluk yang paling mulia atas manusia seluruh alam. Di antara yang menjadi buktinya, ada satu hal yang diminta oleh Nabi Musa ‘Alaihis salam, tetapi hal ini diberikan langsung kepada Nabi Muhammad.

Di dalam surat Thaha [20] ayat 25, Allah Ta’ala berfirman, “Nabi Musa berkata, ‘Ya Rabb, lapangkanlah untukku dadaku.’”

Doa ini dipanjatkan oleh Nabi Musa ‘Alaihis salam saat hendak mendakwahi Fir’aun yang terlaknat. “Musa,” tutur Sayyid Quthb dalam Fi Zhilal al-Qur’an, “memohon kepada Tuhan agar melapangkan dadanya.”

Mengapa Nabi Musa ‘Alaihis salam memohon kelapangan dada kepada Allah Ta’ala? Lanjut Sayyid Quthb menarangkan, “Dada yang lapang mampu mengubah segala kesukaran menjadi kemudahan, menyulap semua jenis kegetiran menjadi nikmat, dan menjadikan kepelikan persoalan sebagai motivator kehidupan.” Sebaliknya, “Kelapangan dada bukanlah beban yang memberatkan derap langkah kehidupan.”

Maka betapa mulianya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika Nabi Musa ‘Alaihis salam meminta hal ini secara khusus, Allah Ta’ala justru mengatakan bahwa Dialah yang telah melapangkan dada manusia paling mulia ini.

“Bukankah,” Firman Allah Ta’ala dalam surat al-Insyirah [94] ayat pertama, “Kami telah melapangkan untukmu dadamu (Muhammad)?”

Menerangkan makna ayat ini, Habib Ali Zainal Abidin al-Hamid mengatakan, “Hati Nabi Muhammad adalah yang paling bersih. Jiwanya adalah jiwa yang paling mulia. Dadanya adalah yang paling jernih.” Alasannya, “Karena Allah Ta’ala menghendaki beliau menjadi manusia yang paling mulia hatinya di banding manusia lainnya di seluruh alam semesta.”

Sedangkan Sayyid Quthb menjelaskan makna ayat ini dengan mengatakan, “Bukankah telah Kami lapangkan dadamu untuk mengemban dakwah ini? Kami mudahkan untukmu urusannya. Kami jadikan berdakwah itu sebagai sesuatu yang menyenangkan hatimu, dan Kami rentangkan untukmu jalan dakwah ini.”

“Kami (Allah Ta’ala),” pungkas Sayyid Quthb menafsirkan, “sinari jalan dakwah untukmu, sehingga kamu mengetahui ujung jalannya yang membahagiakan.”

Kelak, hanya orang-orang yang lapang dada dan bersih hatilah yang berhak bertemu dengan Allah Ta’ala. Semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaIstri yang Miskin tapi Rajin Sedekah
Artikel berikutnya3 Amalan Agar Rasakan Manisnya Iman