Di antara sunnah Nabi yang amat mulia adalah menggunakan wewangian. Baik saat berkumpul dengan keluarga, bertemu teman atau tamu, menghadiri shalat berjamaah di masjid, atau dalam keadaan-keadaan lain sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Karenanya, keberadaan minyak wangi atau pengharum badan amatlah penting bagi kaum Muslimin. Tentunya, tidak sembarangan menggunakan karena harus memperhatikan halal-haram dan teknis menggunakannya. Misalnya terkait kadar; harus seimbang, tidak boleh berlebih-lebihan. Apalagi bagi kaum Muslimah, batasannya lebih ketat.
Terkait bahan, rupanya dalam sirah Nabawi kita dapati ada wewangian terbaik. Dan, lebih menakjubkannya lagi, bahan dari wewangian terbaik itu berasal dari keringat. Penasaran? Berikut riwayat yang menjelaskan hal itu.
Malam itu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bermalam di rumah Anas bin Malik. Ialah maula yang dihadiahkan oleh ibunya, Ummu Sulaim, yang menikah dengan Abu Thalhah bermahar keislaman sang suami. Rupanya, di bekas tempat tidurnya, Ummu Sulaim menemukan bekas keringat Nabi.
Menemukan keringat tersebut, Ummu Sulaim pun mengambil botol untuk mengumpulkan keringat tersebut. Katanya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim, “Ini adalah keringat engkau, wahai Rasulullah.” Terangnya sebelum ditanya oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kami mengumpulkannya dan menjadikannya sebagai minyak wangi. Inilah wewangian terbaik.”
Dalam riwayat lain oleh Imam al-Bukhari juga disebutkan, “Apabila Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melewati sebuah jalan, kemudian ada sahabat yang mengikutinya, pastilah dia melewati (mengenali) jalan itu karena mengikuti wanginya.”
Apa yang kita temukan dari pribadi istimewa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini, selain karena keistimewaan beliau, juga lantaran begitu disiplinnya beliau dalam merawat badan. Beliau adalah teladan terbaik tentang merawat kebersihan, kerapian, dan semua hal terkait penampilan fisik lainnya.
Maka dalam banyak riwayat beliau memberitahukan tentang berbagai jenis amalan yang termasuk di dalamnya. Seperti bersiwak, berwudhu, mandi, bersuci, menyisir rambut, merapikan rambut dengan air saat akan menemui tamu, berpakaian rapi, penampilan sederhana nan memesona, dan amalan-amalan lain yang tergolong dalam tahadduts bin-ni’mah.
Karenanya, seharusnya hal ini menjadi perhatian kaum Muslimin. Agar tidak terhakimi sebagai sosok dekil, generasi bau, atau julukan-julukan buruk lain dengan dalih zuhud. Sebab, Nabi yang rapi dan menawan itu adalah sosok yang paling zuhud di muka bumi ini. [Pirman]