Banyak orang yang salah memahami konsep uang. Uang dianggap sebagai keburukan yang harus dijauhi. Uang selalu divonis sebagai sumber bencana dan kerusakan dalam seluruh aspek kehidupan hingga tak layak diperjuangkan untuk dimiliki.
Padahal, uang itu energi. Uang itu tenaga. Uang itu satu di antara sumber semangat seseorang. Uang menjadi satu di antara sekian banyak hal yang memotivasi seseorang untuk maju dan berkembang. Uang itu bahan bakar. Uang itu satu di antara sekian banyak sumber kebaikan.
Maka salah paham tentang uang harus dihapus dari muka bumi. Uang harus dimaknai sebagai sesuatu yang netral hingga kita bisa bersemangat mengumpulkan uang untuk melakukan sebanyak mungkin kebaikan.
Tidak ada yang perlu dipertentangkan antara iman dan uang. Sudah tidak ada lagi waktu untuk memisahkan antara uang dengan taqwa.
Iman dan taqwa bisa menjadi sumber semangat bagi seorang hamba agar berdaya dengan uang. Iman dan taqwa bisa menjadi pagar dan pemandu agar uang dimanfaatkan di jalan-jalan kebaikan. Sebaliknya, uang bisa menjadi sarana efektif agar seorang hamba semakin bagus dan benar iman serta taqwanya.
Uang itu netral. Layaknya pisau yang bisa digunakan untuk memotong sayur dan rempah-rempah atau menusuk orang yang tak berdosa.
Uang satu miliar itu netral. Ia bisa digunakan oleh si kaya nan shalih untuk membangun masjid, mempersiapkan generasi terbaik dari kaum Muslimin, membangun rumah sakit untuk dhu’afa’, mencetak al-Qur’an dan kitab-kitab rujukan lalu dibagikan secara gratis, menggaji guru-guru berkualitas terbaik untuk murid-murid yang cemerlang, dan seterusnya.
Tapi ingat, uang satu miliar itu bisa juga digelontorkan di jalan kemaksiatan dan dosa. Mendanai prostitusi. Memproduksi khamr dan obat-obatan terlarang. Membayar pezina dan menggratiskannya untuk masyarakat. Mendukung pemimpin zhalim naik ke tahta kekuasaan. Diberikan kepada pemimpin redaksi media siar dan cetak agar menyajikan berita yang merusak. Menguasai dunia maya dengan konten-konten maksiat. Dan seterusnya.
Di sini, uang dijadikan sarana pertarungan. Siapa yang kuat, ia yang akan memenangkan laga.
Jika kita berkesempatan untuk mendapatkan uang, bukankah kezhaliman jika malah menjauh? Bukankah uang bisa lebih bermanfaat jika berada dalam penguasaan orang-orang baik? Bukankah ketiadaan uang menjadi sebab kekufuran yang nyata di zaman serbamaterialistis ini?
Tapi, uang tak akan berdampak apa-apa tanpa iman dan taqwa. Alih-alih menjadi sebab kebaikan, uang yang tak diatur atas nama iman dan taqwa hanya akan menjerumuskan Anda ke dalam neraka.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]