Sesampainya di Suriah, laki-laki pencari kebenaran ini bertanya kepada masyarakat, “Siapakah orang terkemuka di dalam agama Nashrani ini?” Masyarakat pun memberitahu, ada seorang Uskup yang sehari-hari berada di sebuah gereja. Sang laki-laki pun bergegas mendatangi Uskup, lalu meminta izin untuk bergabung; menuntut ilmu dan belajar agama.
Hampir bersama selama dua puluh empat jam dalam sehari sepanjang waktu, si laki-laki pun melihat semua aktivitas Uskup di dalam gereja itu. Pertama, si laki-laki masih menepis buruk sangka di dalam hatinya. Namun, saat mendapati kebiasaan buruk Uskup yang berjalan lama, si laki-laki pun mengetahui bahwa hal itu merupakan kesengajaan.
Lain seperti yang ditampakkan kepada masyarakat, si Uskup berbuat cela. Ia mengumpulkan sedekah dan banyak pungutan dari warga dengan dalih dibagikan kepada kaum miskin. Padahal, ia tidak mendistribusikannya, tapi menimbunnya dalam kantong-kantong hingga menumpuk.
Ajal pun menghampiri si Uskup. Masyarakat Nashrani berduyun-duyun mendatangi untuk mengurus jenazahnya. Tak tahan melihat kepalsuan si Uskup, laki-laki pencari kebenaran menyampaikan kepada seluruh warga Nashrani yang hadir, “Uskup ini bukanlah orang baik. Jahat. Ia mengumpulkan harta dari kalian, tapi tidak didistribusikan kepada orang miskin. Ia menimbunnya untuk keperluan pribadi.”
Para warga pun tak percaya. Sempat terjadi keributan, hingga si laki-laki ditantang untuk memberikan bukti atas perkataannya.
Si laki-laki pun mengajak seluruh warga menuju lokasi penimbunan harta. Di gudang itu, didapatilah tujuh karung besar berisi harta dari warga Nashrani.
Setelah melihat bukti dengan mata kepalanya sendiri, warga Nashrani pun marah. Jengkel. Mereka urung mengurus jenazah si Uskup. Sebaliknya, mereka pun menyalib, lalu melemparinya dengan batu.
Laki-laki pencari kebenaran dalam kisah ini adalah Salman al-Farisi asal Persia. Setelah kejadian itu, beliau tetap berada di gereja dan belajar dengan Uskup lain yang lebih baik dan memahami kitab Injil. Kelak setelah Uskup baik ini meninggal, Salman ditunjuki untuk bertemu dengan Uskup-uskup di Mousil, Nsibein, dan Amuriah.
Dari sanalah Salman diberi petunjuk untuk menuju jazirah Arab. Akhirnya, ia menemukan cahaya Islam dan berhasil menjadi salah satu sahabat utama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]