Tiga Amalan yang Paling Dicintai Allah (Bagian 1)

0

Dicintai Allah Ta’ala adalah karunia yang amat berharga. Ada orang yang terplih menjadi kekasih-Nya, waktu yang dijadikan-Nya mustajabah sehingga doa-doa yang terpanjatkan dikabulkan, ada pula amalan-amalan khusus yang bisa membuat Dia mencintai siapa pelaku amalan tersebut. Semua itu merupakan bukti bahwa Dia Maha Pencipta dan Mahakuasa untuk melakukan apa pun yang Dikehendaki-Nya.

Amalan-amalan yang dicintai Allah Ta’ala jumlahnya amat banyak. Biasanya, pelaku amal dan amalannya menjadi satu paket. Misalnya, sabar menjadi salah satu amalan unggulan dengan balasan pahala yang berlimpah. Maka dalam firman-Nya, Allah Ta’ala menyebutkan bahwa Dia bersama dan mencintai orang yang sabar (Shobirin).

Di antara banyaknya amalan yang dicintai Allah Ta’ala itu, ada satu riwayat yang sangat aplikatif untuk kita upayakan. Yakni tiga amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala. Riwayat ini berasal dari Abdullah bin Mas’ud dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya.

Shalat Tepat Waktu

Shalat adalah tiang agama. Siapa mendirikan shalat, maka ia mengokohkan agama. Sedangkan mereka yang meninggalkan shalat, amalan buruknya itu tergolong merobohkan agama. Shalat adalah sarana untuk mengingat Allah Ta’ala. Ia juga merupakan waktu ketika seseorang bisa berkomunikasi dengan Zat yang menciptakannya. Maka, shalat disebut sebagai Mi’rajnya orang yang beriman.

Shalat sudah ditentukan syariatnya. Tentang bagaimana menjalankannya, keutamaan-keutamaan, sunnah-sunnahnya, termasuk waktu dan aturan-aturan lain yang sifatnya given sehingga tidak bisa ditawar.

Maka dalam hal ini, mendirikan shalat tepat waktu menjadi salah satu amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala. Dalam amalan ini, ada banyak tafsir yang menjelaskan. Di antaranya adalah bersegera dalam melakukan seruan Allah Ta’ala ketika waktu shalat telah tiba.

Bersegera dalam shalat bukanlah hal yang mudah. Sebab ada banyak urusan yang harus dikerjakan oleh seorang hamba. Sehingga, dalam diri setiap hamba akan terjadi tarik-menarik kepentingan antara banyak komponen itu.

Saat adzan berkumandang, misalnya, ada yang sedang sibuk dengan dagangannya. Maka dengan mudah, ketika Allah Ta’ala tidak menjadi prioritasnya, ia akan berkata kepada dirinya, “Nanti saja, waktu masih panjang.”

Sama halnya dengan seorang pendidik, murid, karyawan dan sebagainya. Padahal, andai pemahaman shalat tepat waktu dibawa ke ranah tauhid dan ketetapan ajal, maka konsepnya sama, “Siapa yang menjamin hidup kita sedetik lagi sehingga dengannya kita menunda pelaksanaan shalat, padahal waktunya telah tiba dan tak ada halangan syar’i untuk menunda?” [Pirman]

Bersambung ke Tiga Amalan yang Paling Dicintai Allah (Bagian 2)

Artikel sebelumnyaInilah Kalimat Monumental dan Syair Abdul Muththalib sebelum Serangan Pasukan Gajah
Artikel berikutnyaTiga Amalan yang Paling Dicintai Allah (Bagian 2)