Syaikh Abdul Qadir al-Jilani merupakan salah satu ulama yang namanya tersohor di dunia Islam. Dalam perjalanan hidupnya, beliau mewariskan banyak ilmu dan keteladanan, baik kepada murid dan pengikut thariqahnya maupun kepada kaum muslimin secara umum.
Diantara sikap yang konsisten beliau usung kala itu adalah tidak memihak dan berjarak jauh dari kekuasaan. Alhasil, beliau bisa berdakwah dengan leluasa tanpa pengaruh dari khalifah/raja yang berkuasa, juga tidak harus balas budi dengan rezim yang berkuasa saat itu.
Salah satu khalifah Bani Abasiyah yang hidup sezaman dengan beliau adalah al-Muqtafi yang wafat di tahun 1160 Masehi. Sang Khalifah pernah mengeluhkan salah satu sikap Syaikh Abdul Qadir yang dirasa menyinggungnya.
Ceritanya, Syaikh Abdul Qadir memiliki sebatang pohon kurma di pusat kegiatan pengajian beliau yang disebut ribat. Suat hari, beliau mengatakan kepada pohon tersebut, “Wahai pohon kurma kecilku, jangan menjadi pongah,” lanjut beliau, “atau saya potong kepalamu.”
Rupanya Khalifah al-Muqtafi mendengar cerita tersebut dan merasa tersinggung. Karenanya, ia menyampaikan kepada salah satu wazirnya yang bernama Ibnu Hubairah. Kepada wazirnya itu, Khalifah berkata, “Syaikh Abdul Qadir sepertinya tidak menganggap penting diri saya,” hentinya sejenak, kemudian, “bahkan beliau berkata-kata kritis tentang saya.”
Sang Khalifah pun memerintahkan wazirnya itu untuk mendatangi Syaikh Abdul Qadir al-Jilani dan menyampaikan keluhannya. Namun, karena kesibukannya, sang Wazir mengutus Syaikh Abu al-Hasan bin Ghariba sebagai wakilnya.
Maka pergilah Syaikh Abu al-Hasan mendatangi Syaikh Abdul Qadir. Sesampainya di sana, ternyata Syaikh Abdul Qadir sedang mengadakan pertemuan besar dengan ulama-ulama dan kaum muslimin. Karenanya, ia mengikuti ceramah Syaikh Abdul Qadir sembari menunggu waktu supaya bisa bicara berdua dengannya.
Namun, di tengah-tengah ceramah, saat melihat ada Syaikh Abu al-Hasan di tengah-tengah jama’ah, Syaikh Abdul Qadir al-Jilani tiba-tiba berkata, “Ya, saya akan memotong kepalanya.”
Karenanya, Syaikh Abu al-Hasan langsung pulang setelah ceramah selesai. Beliau langsung mendatangi Ibnu Buhairah yang mengutusnya. Setelah ketemu, Syaikh Abu al-Hasan menceritakan kejadian yang dialaminya. Ujarnya, “Syaikh Abdul Qadir memberikan keterangan sebelum aku menyampaikan apa pun.”
Mendengar penuturan Syaikh Abu al-Hasan, Ibnu Buhairah mengangguk seraya berkata, ”Tidak ada keraguan tentang keshalehan Syaikh Abdul Qadir.”
Setelah itu, Sang Khalifah tak mempermasalahkan lagi sikap independen Syaikh Abdul Qadir. Apalagi, beliau memiliki saham yang besar dalam upaya memperbaiki akhlak kaum muslimin dengan ajaran-ajaran yang mendekatkan umat kepada Allah Swt. [Pirman]