Seorang sahabat pernah bertutur, “Jika masih ragu dengan rezeki, sebaiknya periksalah kadar dan kualitas keimanan.” Penyikaan terkait rezeki memang sangat berkaitan dengan keimanan. Jika imannya berkualitas, maka ia tak akan pernah galau atau bingung dengan jatah rezekinya. Sebab mereka memahami, setiap manusia terlahir ke dunia ini sudah dilengkapi dengan jatah rezeki hingga kelak meninggalkan dunia menuju alam akhirat yang abadi.
Uniknya, sebagaimana dituturkan oleh Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah, ketika manusia beralih dari satu fase kehidupan menuju fase yang lainnya, dimana dalam setiap peralihan fase ada pintu rezeki yang tertutup, maka Allah Ta’ala membukakan pintu rezeki lainnya dalam jumlah yang lebih banyak dari fase sebelumnya.
Fase Pertama
Manusia berupa janin, maka rezekinya hanya berasal dari satu pintu; tali pusar. Ketika ia terlahir ke dunia, maka satu jalan rezeki itu pun tertutup. Namun, Allah Ta’ala justru membukakan jalan lain yang lebih banyak dan lebih bagus pada fase berikutnya.
Fase Kedua
Terputusnya satu pintu rezeki di masa janin, Allah Ta’ala memberikan dua jalan rezeki melalui dua jalur air susu kepada seorang hamba yang masi bayi. Selain bertambah jumlahnya, jenis rezekinya pun lebih bersih dan menyehatkan, air susu ibu.
Fase Ketiga
Memasuki masa penyapihan, dua jalur rezeki seseorang melalui dua jalan air susu pun terputus. Namun, Allah Ta’ala justru menambahkan jalannya menjadi empat jalur; dua jenis makanan dan dua jenis minuman. Dua jenis makanan berasal dari bahan makanan hewani dan nabati. Sedangkan dua jenis minuman berasal dari air dan susu. Semuanya itu sangat bermanfaat, menyehatkan, dan dibutuhkan oleh tubuh manusia yang semakin berkembang.
Fase Keempat
Seorang hamba meninggal dunia. Empat jalan rezeki pun terputus baginya. Mereka tak lagi mebutuhkan asupan bagi badan berupa makanan dan minuman. Meski demikian, Allah Ta’ala justru melipatgandakan jalan rezeki baginya dengan syarat, mereka orang yang beriman.
Ketika terputus empat pintu rezeki tersebut, Allah Ta’ala memberikan ganti dengan delapan pintu surga yang bisa dimasuki sebagai balasan atas keimanan dan ketakwaan mereka semasa di dunia.
Demikianlah itu yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada orang-orang yang beriman. Nikmat bagi mereka akan semakin bertambah, dan tidak diberikan kepada selain mereka. [Pirman]