Ternyata, Belajar Bahasa Asing Merupakan Sunnah Nabi

0

Bangga dan bahagianya menjadi orang Islam. Semua aktivitas kebaikan bisa dimaknai ibadah. Dengannya, orang-orang beriman bisa meraup sebanyak-banyaknya pahala untuk akhirat. Melalui amalan-amalan yang terlihat sederhana itu pula, orang yang beriman bisa menggapai derajat yang tinggi di sisi Allah Ta’ala.

Hal ini menjadi semakin luas dimensinya tatkala kaum Muslimin mengembalikan semua aktivitas sebagaimana yang dikerjakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya. Sunnah; ialah perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi. Bagi siapa yang melakukannya tercatat sebagai umat yang mencintai Nabinya, kemudian ia berhak bersama dengan junjungannya itu, kelak di akhirat.

Dalam sebuah riwayat Tirmidzi dengan derajat hasan shahih, kita bisa menyimpulkan-di antaranya-, bahwa mempelajari bahasa Asing untuk kepentingan kebaikan-dakwah-adalah sunnah Nabi yang mulia. Karenanya, siapa yang mengerjakannya pun berhak mendapatkan pahala yang agung di sisi Allah Ta’ala kelak, insya Allah.

“Wahai Zaid,” seru Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada Zaid bin Tsabit sang juru tulis Nabi, “pelajarilah kitab (bahasa) Yahudi.” Alasannya, ungkap Nabi, “Karena sesungguhnya, demi Allah, aku tidak mempercayai ucapan orang Yahudi terhadap kitabku (ak-Qur’an al-Karim).”

Setelah itu, Zaid bin Tsabit pun mempelajari bahasa yahudi. Ia yang piawai dalam ilmu baca-tulis pun berhasil menguasai bahasa Yahudi kurang dari setengah bulan. Selanjutnya, tutur Zaid meriwayatkan, “Aku menulis surat Rasulullah apabila beliau ingin menulis sesuatu kepada mereka, dan aku membaca surat mereka yang ditujukan kepada Rasulullah.”

“Apakah kamu menguasai bahasa Siryaniyah?” tanya Nabi pada kesempatan yang lain kepada sekretarisnya itu, “karena sesungguhnya datang kepadaku sebuah buku dengan bahasa Siryaniyah.”

“Aku tidak tahu, ya Rasulullah.” Jawab Zaid. Kemudian, Nabi bersabda, “Pelajarilah.” Maka Zaid pun mempelajarinya.

Demikian inilah riwayat yang sangat jelas bagi kaum Muslimin bahwa Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Tentunya, ilmu yang memang berasal dari Allah Ta’ala harus dimanfaatkan dalam rangka menyembah-Nya, bukan sebaliknya.

Satu di antara mereka yang piawai dalam berbahasa asing adalah Ibnu Zubair. Beliau yang faqih dalam ilmu agama juga memiliki ratusan murid dari berbagai negeri dan beliau mampu berbicara kepada mereka dengan dengan bahasanya masing-masing.

Bagaimana dengan kita? [Pirman]

Artikel sebelumnyaAku Sudah Tua, Pasti Kau Tak Inginkan Diriku
Artikel berikutnyaJadikan Syair Imam Syafi’i Ini sebagai Motto Hidup Anda