Setan tidak akan rela melihat manusia berbondong-bondong dalam Islam, iman, dan amal shalih. Setan akan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menjerumuskan sebanyak-banyaknya manusia agar berada dalam kesesatan dunia yang berujung pada azab neraka jahannam. Bahkan, demi menjerumuskan manusia, mereka bersedia melakukan ‘kebaikan’. Padahal, maksudnya amatlah keji.
Dikisahkan oleh Habib Ali Zaenal Abidin al-Hamid dalam salah satu ceramahnya, terdapatlah orang shalih yang berjuang keras menangkal godaan setan yang terkutuk. Hari itu, hujan turun deras. Saat masuk waktu shalat, cucuran rahmat itu belum berhenti. Semakin deras.
Setan pun membisikinya, “Gak usah ke masjid. Shalat di rumah saja. Kan hujan. Ada rukhsoh.” Hampir tergoda, batin sang shalih ini memberontak. Menurutnya, justru pahalanya akan semakin besar jika rintangan yang dihadapi pun berat. Namun, lanjut setan sampaikan bisikannya, “Nanti terpeleset loh. Jalan menuju masjid kan licin…”
Logis sekali apa yang dibisikkan setan itu. Maka, sang shalih pun hendak menuju tempat shalatnya. Di rumah. Namun, batinnya semakin kuat sampaikan penolakan. Alhasil, ia pun melangkahkan kaki. Menerabas hujan. Menuju masjid. Jaraknya tidak jauh, tetapi juga tak bisa dibilang dekat.
Sebelum menempuh separuh perjalanan, sang shalih terpeleset. Jatuh. Bajunya pun basah. Maka, ia pun bergegas menuju rumahnya. Hendak berganti pakaian. Sedihnya, ia hanya memiliki tiga potong pakaian.
Lepas rapi berganti baju, setan kembali datang. “Dibilang juga apa? Jatuh, kan? Basah, kan?” Lanjutnya semakin bersemangat, “Udahlah, shalat di rumah saja. Bajumu tinggal satu. Gimana kalau jatuh lagi?”
Kepalang basa, sang shalih tak hiraukan bisikan makhluk terlaknat itu. Segera saja, ia berlalu menuju masjid. Saat tiba di tempat terjatuhnya, sang shalih lebih berhati-hati. Agar tidak jatuh untuk kedua kali di tempat serupa.
Berhasil, ia pun melanjutkan langkah. Tapi, setelah beberapa langkah dari tempat terjatuhnya yang pertama, ia kembali terpeleset lantaran licinnya medan yang dilalui. Kali ini lebih parah. Bukan sekadar jatuh, ia masuk ke dalam selokan. Menyedihkan.
Susah payah bangkit, sosok baik hati ini pun bergegas menuju rumahnya sembari menahan sedikit sakit. Di rumahnya hanya tersisa satu baju. Saat berganti baju itulah, setan kembali membisikkan rayuan mautnya. Namun, ia tak menghiraukannya. Segera saja, ia bergegas menuju masjid untuk mendirikan shalat berjamaah.
Melewati tempat jatuhnya yang pertama, aman. Tempat jatuhnya yang kedua, selamat. Ia pun memuji nama Allah Ta’ala dan bergegas menuju masjid. Tiba-tiba, karena hujan masih mengguyur, sosok shalih ini hendak terjatuh untuk yang ketiga kalinya. Tapi, saat hendak tergelincir itu, datanglah sesosok manusia asing yang menolongnya hingga tak jadi jatuh.
Lalu, oleh sosok yang baru dilihatnya itu, lelaki ini diantarkan sampai di pintu masjid. “Silakan shalat,” katanya sembari berlalu. “Eh, kenapa kau tidak shalat?” tanya si lelaki shalih.
“Tidak,” jawabnya singkat.
Rupanya, lelaki yang menolongnya adalah setan. Hal ini diketahuinya beberapa waktu setelah shalat. “Pertama kali terjatuh dan dirimu kembali menuju masjid,” kata setan menerangkan, “dosamu diampuni.”
“Kemudian,” lanjutnya sampaikan keterangan, “yang kedua kali, dan kau tetap menuju masjid, Allah Ta’ala mengampuni dosa seluruh keluargamu.”
Nah, jika terjatuh untuk ketiga kali dan lelaki shalih itu tetap menuju masjid, terang setan, “Allah akan mengampuni dosa orang seluruh kampung ini.” Maka, setan pun mencegahnya dari keterjatuhan. “Aku pun menolongmu. Aku tidak rela jika dosa orang-orang sekampung ini diampuni.” [Pirman/Kisahikmah]