Setan Berwujud Syeikh dalam Makar Membunuh Nabi

0

Setelah perintah hijrah ke Madinah diturunkan, sebagian besar sahabat Nabi telah beranjak dengan penuh semangat. Akan tetapi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abu Bakar ash-Shiddiq, ‘Ali bin Abi Thalib, dan beberapa sahabat lainnya belum menuju Madinah al-Munawwarah.

Mencium gelagat hijrah Nabi, pembesar kaum Quraisy pun menggelar rapat amat mendesak dengan agenda utama menghalau Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar tidak hijrah menuju Madinah. Saat mereka hendak memasuki Darun Nadwah yang telah menjadi markas dalam membuat makar kepada kaum Muslimin, ada sosok syeikh yang berdiri di depan gerbangnya.

Sebab tak dikenal, pembesar-pembesar Quraisy pun bertanya, “Siapakah kau, wahai Syeikh?” Setelah mengaku sebagi seorang syeikh dari Nejd, ia pun berkata, “Aku mendengar apa yang akan kalian bicarakan. Dan aku ingin mengikuti apa yang akan kalian bahas. Siapa tahu,” rayunya terdengar bijak, “aku bisa memberikan nasihat dan masukan untuk kalian.”

Setelah dipersilakan masuk dan rapat pun dimulai, setan berwujud syeikh ini pun berkata, “Orang ini (Muhammad) telah menjadi persoalan yang besar bagi kita. Kita tidak tahu, apakah mereka akan menyerang kita atau tidak. Karenanya, segeralah putuskan tentangnya.”

Licik, setan melempar isu, menciptakan kepanikan, dan menyiramkan bara dendam kepada seluruh peserta rapat di Darun Nadwah. Lalu, satu di antara mereka menukasi, “Penjarakan saja. Maka, ia tidak memiliki waktu untuk menyebarkan ajarannya. Lambat laun, ia akan mati di dalam penjara.”

“Tidak,” tukas setan segera, “demi Allah, ini bukan pendapat yang tepat.” Ia pun mengatakan, jika hanya dipenjara, maka sahabat-sahabatnya yang loyal akan mengetahui, lalu berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kata setan berwujud syeikh ini, “Carilah usul yang lain.”

Tak lama setelah itu, ada laki-laki yang berkata, “Usir saja. Dia tidak akan bisa lagi menyebarkan agamanya untuk masyarakat kita.” Tanpa menunggu lama, setan berwujud syeikh ini menjawab, “Tidak.” Jelasnya lugas, “Demi Allah, ini bukan pendapat yang tepat.

Katanya, jika hanya diusir, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam akan dengan sangat mudah mencari pengikuti sebanyak-banyaknya di tempat pengasingannya. Apalagi, tutur setan, “Kalian tahu sendiri, betapa indah perkataannya, lembut perangainya, dan pesona akhlaknya.”

“Demi Allah,” sorak seorang petinggi yang kelak terbunuh di medan Badar, “aku menemukan satu usulan terbaik.”

Sosok yang amat besar kebenciannya kepada Islam ini pun mengusulkan agar Nabi Muhammad dibunuh oleh banyak pemuda dari berbagai kabilah, ditebas dengan pedang secara bersamaan. Dengan demikian, pihak keluarga tidak bisa menuntut siapa pembunuhnya, tidak akan terjadi perang saudara, dan cukup diselesaikan dengan pembayaran denda.

Atas usul Abu Jahal ini, setan berbentuk syeikh pun bersorak gembira dan mengatakan, “Inilah satu-satunya pendapat yang paling tepat.”

Akhirnya, pendapat ketiga inilah yang disepakati untuk dijalankan. Atas bisikan, godaan, dan usulan setan terlaknat, kafirin Quraisy pun bergegas menjalankan makarnya untuk membunuh Nabi yang mulia akhlaknya itu.

Lalu, apakah makar ini berhasil? Wallahi, Allah Ta’ala adalah sebaik-baik pembuat makar. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaEmpat Jeritan Setan dan Tendangan Jibril kepada Setan
Artikel berikutnyaAyat yang Dibaca Nabi dalam Peristiwa Hijrah hingga Luput dari Incaran Quraisy