Saat Nama Mereka Disebut, Rahmat Pun Turun

0
sumber gambar: photo.navi-pon.com

Kejayaan Islam dicapai dengan darah syuhada dan tinta para ulama. Mereka telah menebus kejayaan dengan semua yang dimiliki; waktu, segala jenis potensi, harta, hingga nyawa. Mereka hidup untuk memperjuangkan Islam, hingga namanya abadi meski jasadnya berada di perut bumi.

Tak ada yang mampu menyaingi mereka, hingga akhir zaman kelak. Dan kejayaan Islam, hanya bisa disambut sebagaimana cara yang pernah ditempuh oleh para pendahulu umat ini yang shalih. Merekalah contoh terbaik yang belum didapati bandingannya hingga kini.

Atas alasan itu pula, nama mereka abadi. Dalam sehari saja, nama mereka disebut ratusan, ribuan, jutaan, milyaran, hingga tak terhingga. Kaum Muslimin tiada pernah bosan, meski hanya menyebut namanya. Senantiasa ada rasa suka, bahagia, dan bangga ketika lisan mereka mengucap nama-nama agung ini.

Apalagi, menyebut nama mereka menjadi sebab diturunkannya Rahmat Allah Ta’ala.

Abu Amr bertanya kepada Abu Ja’far bin Hamdan an-Naisaburi, “Bagaimana niat saya dalam menulis hadits?”

“Bukankah,” jawab Abu Ja’far dengan melontarkan pertanyaan balik, “kalian pernah meriwayatkan: Ketika orang-orang shalih disebut, rahmat pun diturunkan?”

“Benar,” jawab Abu Amr.

Pungkas Abu Ja’far, “Nah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah penghulunya orang-orang shalih.”

Riwayat ini dinukil dari banyak sumber. Dan benar adanya. Buktikan saja, ketika kita menyebut nama kekasih hati, pastilah ada rasa sayang yang terwujud dalam nada bicara, raut wajah, dan ekspresi tubuh melalui mata atau organ tubuh lainnya. Padahal, kekasih kita hanyalah manusia biasa yang jasanya tak lebih besar dari jasa para Nabi dan orang-orang shalih pengikutnya.

Maka menyebut nama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, para sahabat, dan imam-imam yang terbentang hingga periwayat hadits, tentulah menimbulkan kecintaan yang amat murni, tulus, dan asasi.

Atas jerih payah mereka itulah, kita bisa mengetahui hadits sebagaimana mestinya. Karena perjuangan mereka, kita bisa mengetahui makna tafsir sebuah ayat sebagaimana asalnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Belum lagi ketika membahas keteladanan mereka dalam bidang keilmuan dan akhlak yang bisa membuat air mata banjir dan hati tergerak sehingga fisik bergegas melakukan amal shalih. Dan inilah makna terbaik dari rahmat; saat kita semakin bersemangat dalam meneladani orang-orang shalih yang bergegas dalam beramal untuk akhirat yang abadi.

Wallahu a’lam. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaDalam Kondisi Ini, Muadzin Lebih Utama daripada Imam
Artikel berikutnyaHendaklah Kalian Mengambil Bumbu-bumbu Surga