Bolehkah niat puasa syawal digabung dengan qadha Ramadhan? Sehingga sekali puasa, bisa untuk qadha sekaligus mendapat keutamaan puasa syawal?
Pertanyaan ini umumnya terlontar dari kaum perempuan. Saat Ramadhan, puasanya tidak bisa lengkap sebulan penuh karena datang bulan alias haid.
Dalam Fiqih, menggabungkan niat dua ibadah atau lebih dikenal dengan istilah tasyrik an-niyah (تشريك النية). Ada beberapa rincian masalah tasyrik an-niyah.
Ibadah Wasail
Dalam Islamweb, situs yang memuat fatwa sejumlah ulama pimpinan Syaikh DR Abdullah Al Faqih, dijelaskan bahwa menggabungkan dua niat ibadah wasail atau ibadah yang saling berkaitan, hukumnya sah.
Misalnya seseorang yang mandi junub di hari Jumat dengan niat mandi wajib dan mandi Jumat. Maka ia dicatat suci dari hadats besar sekaligus mendapatkan pahala mandi Jumat.
Namun sebagian ulama lainnya mengatakan cukup berniat mandi wajib saja, maka pahala mandi Jumat pun bisa didapatkan karena mandinya tersebut pada hari Jumat.
Baca juga: Kematian Khalid bin Walid
Amal Ghairu Maqsudan li Dzatih
Kedua, ibadah yang bisa digabungkan niatnya adalah amal ghairu maqsudan li dzatih. Yakni ibadah yang penting ada amal tersebut, apa pun bentuknya.
Misalnya puasa arafah atau puasa asyura. Puasa apa pun pada hari itu, termasuk puasa qadha Ramadhan, jika dikerjakan pada hari arafah maka ia mendapatkan keutamaan puasa arafah. Demikian pula jika puasa itu dikerjakan pada tanggal 10 Muharram, ia mendapatkan keutamaan puasa asyura.
Menurut Lembaga Fatwa Arab Saudi (Lajnah Daimah), saat menjalankan qadha Ramadhan pada 9 Dzulhijjah, niatnya cukup satu saja yakni puasa qadha Ramadhan. Dengan sendirinya, keutamaan puasa Arafah didapatkan. Demikian pula puasa asyura pada tanggal 10 Muharram.
يجوز صيام يوم عرفه عن يوم من رمضان إذا نويته قضاء
“Boleh puasa hari arafah, sekaligus untuk puasa qadha, jika dia anda meniatkannya untuk qadha.”
Puasa Syawal Digabung Puasa Ramadhan, Bolehkah?
Dalam kasus puasa syawal, ia tidak boleh digabungkan dengan qadha Ramadhan. Sebab dalam haditsnya Rasulullah menyebut “tsumma atba’ahu” (kemudian mengikutinya). Hal ini menunjukkan puasa Ramadhan (termasuk qadha Ramadhan) dan puasa Syawal harus terpisah dan tidak bisa digabungkan.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun” (HR. Muslim)
Karenanya para ulama membahas apakah boleh puasa Syawal sebelum selesai qadha Ramadhan. Juga mana yang lebih utama apakah puasa syawal atau qadha dulu.
Mazhab Hanbali mengatakan, tidak boleh berpuasa sunnah sebelum qadha’ puasa Ramadhan. Yang wajib harus didahulukan daripada yang sunnah. Qadha puasa Ramadhan harus diselesaikan baru menjalankan puasa sunnah.
Salah seorang ulama mazhab Hanbali terkemuka, Ibnu Rajab, menjelaskan bahwa meskipun puasa sunnah boleh dilaksanakan sebelum qadha puasa Ramadhan diselesaikan, keutamaan seperti puasa setahun penuh tidak bisa didapatkan.
Sedangkan jumhur ulama menyatakan boleh puasa sunnah sebelum qadha puasa Ramadhan. Sedangkan mengenai apakah keutamaan puasa Syawal seperti puasa setahun penuh, sebagian ulama berpendapat seseorang bisa mendapatkan keutamaan tersebut meskipun belum selesai qadha puasa Ramadhan.
Jika diperbolehkan puasa syawal digabung qadha puasa Ramadhan, tentu para ulama tersebut tidak membahas mengenai mana yang lebih dulu antara puasa syawal dengan qadha Ramadhan.
Demikian pembahasan apakah boleh puasa syawal digabung qadha puasa Ramadhan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/Kisahikmah]
*Pembahasan lengkap puasa syawal mulai dari hukum, keutamaan, waktu, niat dan tata cara bisa dibaca di artikel Niat Puasa Syawal