Orang yang Sering Membinasakan Iblis

0
ilustrasi @wiyainews

‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, ada orang-orang pilihan Allah Ta’ala yang iblis bergembira saat mereka wafat. Pasalnya, iblis mendapati kesukaran akut untuk menggoda mereka, tidak menzhalimi dirinya, dan mereka sering membuat iblis binasa.

Siapakah mereka? Berikut uraiannya sebagaimana disebutkan oleh Syeikh Muflih al-Maqdisi dalam bukunya Agar Tidak Terpedaya Setan.

“Wahai pemimpin kami,” ujar salah satu panglima setan, “kami bergembira dengan kematian seorang ‘alim melebihi kegembiraan kami ketika kematian seorang ‘abid.”

Padahal, para iblis tidak mendapatkan bagian apa pun dari orang-orang berilmu (‘alim) selama hidupnya, dan mereka mendapatkan banyak keuntungan atas hidupnya orang-orang ahli ibadah yang tak berilmu (‘abid).

Sang pemimpin iblis pun berkata kepada bala tentara mereka, “Pergilah!” Dalam jenak, mereka pun bertebaran ke muka bumi untuk menggoda seluruh umat manusia.

Di antara mereka ada yang mendatangi seorang ‘abid seraya berkata, “Kami ingin bertanya kepadamu, apakah Tuhanmu mampu memasukkan dunia ke dalam sebutir telur?”

Sang ‘abid pun diam, lalu menjawab sekenanya, “Aku tidak tahu.” Atas jawaban itu, iblis berkata, “Kini, kalian tahu kekafiran dalam jawabannya.”

Selanjutnya, iblis mendatangi seorang ‘alim di majlisnya. Kala itu, sosok berilmu ini tengah bercanda dengan sahabat-sahabat dan jama’ahnya. “Apakah Tuhanmu mampu memasukkan dunia ini ke dalam sebutir telur?” tanya iblis dengan pongah.

“Tentu!” tegas sang ‘alim.

Sambar iblis, “Apa yang dikatakan oleh-Nya?”

“Kun (jadilah),” jawab sang ‘alim, “fayakun (lalu jadilah).”

Iblis pun menyampaikan kepada seluruh pasukannya, “Tahukah kalian? Dia (orang yang berilmu) tidak pernah menzhalimi dirinya sendiri, dan banyak (sering) membinasakanku.”

‘Abid dalam riwayat ini adalah orang yang banyak melakukan ibadah, tapi tidak memiliki ilmu. Alhasil, ibadah mereka pun banyak yang tidak diterima, bahkan terdapat banyak penyimpangan dalam amalan-amalan yang mereka kerjakan. Di mata khalayak, mereka dikagumi. Padahal, amalan yang dilakukan itu tidak banyak bermanfaat bagi dirinya.

Sedangkan orang ‘alim dalam riwayat ini adalah sosok lengkap yang mengombinasikan antara ilmu dengan amal. Mereka memiliki ilmu yang banyak, kemudian mewujudkan ilmunya itu dalam banyak jenis ibadah, baik ritual maupun sosial. Mereka inilah muslim yang ideal, dan semoga kita menjadi bagian dari mereka. Aamiin. [Pirman/Kisahikmah]

Artikel sebelumnyaKisah Syeikh ‘Abdul Qadir al-Jailani saat Digoda Setan
Artikel berikutnyaEmpat Kriteria Taqwa menurut Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib